Jumat, 28 September 2012

Kemendikbud: 2013, Belajar Tematik, Siswa Makin Senang

JAKARTA, KOMPAS.com — Pembelajaran di sekolah dijanjikan akan lebih menyenangkan bersamaan dengan mulai diberlakukannya kurikulum pendidikan nasional yang baru tahun depan. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan, proses pembelajaran yang lebih menyenangkan karena proses pendidikan ke depan condong menggunakan cara pembelajaran yang tematik tanpa buku-buku yang rumit dan tidak dititikberatkan pada konten tertentu.

"Kalau sekarang lebih kepada konten, anak-anak dituntut harus tahu. Tetapi, nanti pembelajarannya justru akan tematik. Misalnya belajar IPA atau pertanian dengan cara mengamati hujan dan siswa akan merasa senang," kata Musliar, di gedung Kemendikbud, Jakarta, Kamis (27/9/2012).

Tak hanya itu, mantan Rektor Universitas Andalas ini menjelaskan, bahan ajar pendidikan ke depan juga akan lebih memanfaatkan situasi lingkungan. Dengan cara-cara tersebut, kompetensi yang diharapkan dapat segera tercapai.

"Kita harapkan tiga kompetensi sekaligus, yakni attitude, skill, dan knowledge," ujarnya.

Sebelumnya, Musliar Kasim menilai pendidikan nasional sudah sangat membosankan. Para siswa mulai terlihat jenuh sehingga materi yang diajarkan tidak tertancap utuh dan mudah tergerus.

Untuk itu, Kemendikbud melakukan evaluasi menyeluruh pada kurikulum pendidikan nasional yang berlaku sejak 2006. Rencananya, seluruh jenjang pendidikan di Indonesia akan memiliki kurikulum baru mulai tahun 2013.

Selengkapnya >>>

Kamis, 27 September 2012

Mengenali Anak Anda (Umur 2-3 Tahun)

Sejak akhir-akhir saya kurang menumpukan perhatian terhadap pembelajaran anak sulung saya di rumah. Mungkin disebabkan kepenatan, kesibukan suami dan kekangan masa yang saya hadapi seminggu dua ini. InsyaAllah saya akan cuba memperbaiki cara saya terutamanya dalam segi menguruskan masa bersama anak-anak. Ingin saya berkongsi cara-cara mendidik anak-anak yang berumur 2 hingga 3 tahun di rumah. Artikel ini saya ambil dari www.bicaramuslim.com. Semoga ia berguna untuk saya dan ibubapa diluar sana.

A. PERKEMBANGAN FIZIKAL
1. Sangat aktif, suka berlari dan melompat. Sekiranya berkemungkinan, ibubapa perlu menyusun atur rumah agar ada ruang yang membolehkan anak- anak bergerak tanpa rasa bimbang berlaku kemalangan dan kecederaan. Membawa anak ke taman permainan adalah satu langkah yang bijak. Di situ anak-anak dapat melakukan berbagai-bagai aktiviti fisikal di bawah pengawasan ibubapa.
2. Anak-anak di tahap ini belum dapat mengawal pergerakan otot-otot, sehingga mereka tidak dapat duduk diam dalam jangkamasa yang terlalu lama. Jadi, sia-sia saja kita meminta mereka duduk diam. Yang lebih baik ialah membiarkan mereka meneroka persekitaran sambil kita mengawasi mereka.

B. PERKEMBANGAN MENTAL
1. Daya konsentrasi sangat pendek dan mudah merasa jemu..
2. Rasa ingin tahu anak-anak di tahap ini sangat tinggi. Ibubapa perlu mengambil kira jenis alat permainan yang hendak dibeli. Permainan yang sesuai ialah permainan yang merangsang kreativiti anak-anak selain harus menarik dan tidak mudah rosak, Ajar anak menggunakan pancaindera (mendengar, melihat, menyentuh, mencium dan merasa). Libatkan sebanyak mungkin pancaindera anak dalam aktiviti seharian mereka misalnya: mendengar bunyi binatang, membawa mereka ke taman untuk melihat berbagai jenis haiwan dan sebagainya.
3. Perbendaharaan kata mereka masih terbatas di tahap ini. Gunakanlah kata-kata yang sederhana dan konkrit, baik ketika bercerita ataupun ketika bercakap dengan anak-anak. Jangan menggunakan perkataan yang abstrak misalnya: tanggungjawab, keselamatan, kebenaran, keadilan dll. Adalah lebih baik menggunakan perkataan yang disertai dengan contoh-contoh kehidupan seharian.
4. Pemikiran anak-anak di tahap ini sebenarnya lebih cepat berkembang berbanding dengan kemampuan untuk bertutur. Sebab itulah anak-anak sering didapati tergagap-gagap ketika bercakap. Ibubapa harus peka terhadap situasi ini dengan menunjukkan perhatian dan kesabaran. Bersedia untuk menjadi pendengar tanpa tergesa-gesa ataupun memaksa anak bercakap dengan lebih cepat.

C. PERKEMBANGAN EMOSI
Menyukai suasana yang sudah dikenali dan takut pada suasana baru atau orang asing. Sekiranya anak sentiasa dibawa bergaul dengan orang sekeliling, perasaan takut lama kelamaan akan hilang.

D. PERKEMBANGAN SOSIAL
1. Sifat dependent masih tinggi, namun kadang-kadang anak juga ingin menonjolkan sifat kemandirian. Biarkan anak melakukan sesuatu yang mampu ia lakukan sendiri.
2. Egocentric. Anak-anak di tahap ini cenderung memperlakukan kanak-kanak lain yang sebaya dengannya sebagai suatu benda dan bukan sebagai individu. Ia belum boleh bermain "dengan" kanak-kanak lain dalam arti kata yang sebenarnya. Oleh itu, ketika bermain dengan kanak-kanak lain, perlu ada pengawasan dari orang dewasa supaya tidak terjadi keadaan di mana anak kita akan menyakiti anak-anak lain.
3. Suka mengatakan "tidak" dan memang dalam usia ini anak bersikap "menentang". Selain itu anak juga seringkali "menguji" persekitaran dan orang-orang di sekelilingnya. Anak-anak perlu mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. Tingkah laku mereka itu pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengetahui apa yang boleh atau tidak boleh dilakukannya. Oleh karena itu ibubapa harus tegas, jika perlu, berikan hukuman yang sesuai dengan tahap umur mereka bagi kesalahan yang dilakukan supaya mereka tahu bahwa yang dilakukannya adalah salah.

E. PERKEMBANGAN ROHANI (SPIRITUAL)
1. Meniru tingkah laku orang dewasa, Sikap dan tingkah laku ibubapa harus membuat mereka memahami tentang ajaran Islam. Bermakna setiap perbuatan kita harus dikaitkan dengan ajaran Islam, seperti solat, berdo’a sebelum makan, membaca bismillah sebelum membuat sesuatu dll.
2. Anak juga berkembang dari segi rohani. Oleh itu, ibubapa perlu menolong mereka untuk menyedari tentang kewujudan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Dengan demikian mereka akan belajar bahwa sekalipun Allah tidak dapat dilihat tapi Allah ada. Bermakna dalam setiap aktiviti kita seharian, ibubapa perlu mengaitkannya dengan kewujudan Allah.

AKTIVITI YANG SESUAI UNTUK ANAK-ANAK DI TAHAP INI
Secara fizikal, anak-anak yang berumur antara 2-3 tahun adalah anak yang suka bergerak, berlari, melompat, memanjat dan tidak boleh duduk diam untuk jangkamasa yang lama. Namun mereka cepat letih karena otot-otot belum berkembang dengan sempurna. Mereka belum dapat melakukan pekerjaan yang rumit. Ibubapa perlu menyediakan aktiviti dan permainan sederhana yang dapat anak-anak lakukan. Beberapa aktiviti yang sesuai untuk anak-anak di tahap ini ialah:
1. PERMAINAN BLOK
Gunakanlah blok-blok kayu/plastik, dan ajaklah anak-anak untuk menyusun blok-blok tersebut menurut imajinasi mereka sendiri. Biarkan mereka membuat bentuk menurut keinginan mereka, Permainan ini selain dapat merangsang perkembangan otot-ototnya, juga dapat membantu meningkatkan daya imajinasi mereka.

2. PUZZLE
Puzzle adalah permainan yang menyusun suatu gambar atau benda yang telah dipecah dalam beberapa bahagian. Jangan menggunakan puzzle yang terlalu rumit, tapi gunalah yang sederhana yang terdiri dari 5-10 keping, sehingga anak-anak dapat menyusun
dengan mudah.

3. MELUKIS
Sediakan kertas dan crayon dan biarkan anak-anak membuat gambar dan contengan menurut imajinasi mereka, walaupun pada tahap umur ini biasanya anak-anak masih belum melukis dengan sempurna.

4. MENAMPAL
Gunakan gambar-gambar sederhana yang telah dikenali oleh anak, misalnya meminta anak menampal "mata ikan" pada tempat yang sesuai. Boleh juga diberikan beberapa keping gambar dan minta anak menampalkan mengikut keinginan mereka sendiri, misalnya gambar
seorang gembala, seekor anjing, dan 3 ekor anak lembu serta sekeping kertas hijau berbentuk padang rumput yang luas. Aktiviti ini boleh juga disertai dengan aktiviti mengira. Selesai menampal gambar ajaklah anak mengira jumlah anak lembu, anjing dsbnya.
5. MEWARNA
Sediakan kertas dengan gambar di atasnya, pensil warna, atau crayon. Mintalah anak-anak mewarnakan gambar tersebut. Walaupun mereka belum dapat mewarna dengan sempurna, tapi aktiviti ini dapat melatih kepekaan mereka terhadap warna.

Itulah di antara beberapa aktiviti yang dapat dilakukan oleh anak-anak yang berumur 2-3 tahun. Semoga idea ini dapat membantu ibubapa sedikit sebanyak dalam melayani dan merangsang perkembangan anak-anak. 

Selengkapnya >>>

Selasa, 25 September 2012

MENDIDIK ANAK TAAT SYARIAH

Oleh: Ummu Azkiya
Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah.  Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup.  Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko.  Lalu, bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk menjadikan anak-anaknya taat pada syariah?
Asah Akal Anak untuk Berpikir yang Benar
Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak.  Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak ‘sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
“Anak-anak sekarang beda dengan anak-anak dulu.  Anak dulu kan takut dan segan sama orangtua dan guru.  Sekarang, anak berani membantah dan susah diatur.  Ada saja alasan mereka!”
Begitu rata-rata komentar para orangtua terhadap anaknya.  Yang paling sederhana, misalnya, menyuruh anak shalat.  Sudah jamak para ibu ngomel-ngomel, bahkan sambil membentak, atau mengancam sang anak agar mematikan TV dan segera shalat.  Di satu sisi banyak juga ibu-ibu yang enggan mematikan telenovela/sinetron kesayangannya dan menunda shalat. Fenomena ini jelas membingungkan anak.
Pandai dan beraninya anak-anak sekarang dalam berargumen untuk menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru, mungkin dianggap sebagai sikap bandel atau susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia menjawab atau bertanya; tidak melulu mereka menurut dan diam (karena takut) seperti anak-anak zaman dulu.
Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memperhatikan dua hal yaitu: Pertama, memberikan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran Islam.  Informasi yang diberikan meliputi semua hal yang menyangkut rukun iman, rukun Islam dan hukum-hukum syariah.  Tentu cara memberikannya bertahap dan sesuai dengan kemampuan nalar anak.  Yang penting adalah merangsang anak untuk mempergunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk sabar dan penuh kasih sayang. Sebab, tidak sekali diajarkan, anak langsung mengerti dan menurut seperti keinginan kita. Dalam hal shalat, misalnya, tidak bisa anak didoktrin dengan ancaman, “Pokoknya kalau kamu nggak shalat dosa. Mama nggak akan belikan hadiah kalau kamu malas shalat!”
Ajak dulu anak mengetahui informasi yang bisa merangsang anak untuk menalar mengapa dia harus shalat.  Lalu, terus-menerus anak diajak shalat berjamaah di rumah, juga di masjid, agar anak mengetahui bahwa banyak orang Muslim yang lainnya juga melakukan shalat.
Kedua, jadilah Anda teladan pertama bagi anak. Ini untuk menjaga kepercayaan anak agar tidak ganti mengomeli Anda—karena Anda hanya pintar mengomel tetapi tidak pintar memberikan contoh.
Terbiasa memahami persoalan dengan berpatokan pada informasi yang benar adalah cara untuk mengasah ketajaman mereka menggunakan akalnya. Kelak, ketika anak sudah sempurna akalnya, kita berharap, mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan menjadi anak yang gampang terpengaruh oleh tren pergaulan atau takut dikatakan menjadi anak yang tidak ‘gaul’.
Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini
Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua.  Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).
Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul siapa Allah.  Sejak si bayi dalam kandungan, seorang ibu bisa memulainya dengan sering bersenandung mengagungkan asma Allah.  Begitu sudah lahir, orangtua mempunyai kesempatan untuk membiasakan si bayi mendengarkan ayat-ayat al-Quran.  Pada usia dini anak harus diajak untuk belajar menalar bahwa dirinya, orangtuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya mengapa manusia harus beribadah dan taat kepada Allah.
Lebih jauh, anak dikenalkan dengan  asma dan sifat-sifat Allah. Dengan begitu, anak mengetahui betapa Allah Mahabesar, Mahaperkasa, Mahakaya, Mahakasih, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan seterusnya.  Jika anak bisa memahaminya dengan baik, insya Allah, akan tumbuh sebuah kesadaran pada anak untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung hanya kepada Allah.  Lebih dari itu, kita berharap, dengan itu akan tumbuh benih kecintaan anak kepada Allah; cinta yang akan mendorongnya gemar melakukan amal yang dicintai Allah.
Penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan hukum-hukum syariah secara bertahap.  Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan memotivasi anak untuk senang melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah, misalnya, dengan mengajak shalat, berdoa, atau membaca al-Quran bersama.
Yang tidak kalah penting adalah menanamkan akhlâq al-karîmah seperti berbakti kepada orangtua, santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya.  Jangan sampai luput untuk mengajarkan itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pamrih duniawi.
Kerjasama Ayah dan Ibu
Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan hukum jika dia melihat contoh real pada orangtuanya.  Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan.  Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih.  Insya Allah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.
Keberhasilan mengajari anak dalam sebuah keluarga memerlukan kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu masing-masing mempunyai target dan cara yang berbeda dalam mendidik anak, tentu anak akan bingung, bahkan mungkin akan memanfaatkan orangtua menjadi kambing hitam dalam kesalahan yang dilakukannya. Ambil contoh, anak yang mencari-cari alasan agar tidak shalat.  Ayahnya memaksanya agar shalat, sementara ibunya malah membelanya. Dalam kondisi demikian, jangan salahkan anak jika dia mengatakan, “Kata ibu boleh nggak shalat kalau lagi sakit. Sekarang aku kan lagi batuk, nih…”
Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup untuk mengantarkan si anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam.  Anak juga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas.
Di sisi inilah, lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran Islam, seperti yang dianut juga oleh sebuah keluarga Muslim, akan mampu mengantarkan si anak menjadi seorang Muslim sejati.
Potret masyarakat sekarang yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan pemikiran materialisme, sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalisme merupakan tantangan besar bagi keluarga Muslim.  Hal ini yang menjadikan si anak hidup dalam sebuah lingkungan yang membuatnya berada dalam posisi dilematis.  Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang bertentangan dengan Islam.
Tarik-menarik pengaruh lingkungan dan keluarga akan mempengaruhi sosok pribadi anak.  Untuk mengatasi persoalan ini, maka dakwah untuk mengubah sistem masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam mutlak harus di lakukan. Hanya dengan itu akan muncul generasi Islam yang taat syariah. Insya Allah. []

Selengkapnya >>>

Tawuran Pelajar

Liputan6.com, Jakarta: Polres Metro Jakarta Selatan telah memeriksa sedikitnya empat orang saksi yang diduga terkait dengan peristiwa tawuran pelajar di Jalan Bulungan Raya, Blok-M. Akibat tawuran ini seorang siswa SMAN 6 Jakarta Alawy Yustianto Putra (15), tewas terkena benda tajam. "Sudah empat saksi yang diperiksa. Dua dari siswa, dan dua dari guru SMAN 6," kata Kepala Polres Metro Jakarta Selatan Kombes Polisi Wahyu Hadiningrat, Senin (24/9) malam.

Menurut Wahyu, pihaknya belum memeriksa saksi dari pihak yang diduga melakukan penyerangan terlebih dulu yakni siswa SMAN 70. Berdasarkan keterangan saksi, identitas pelajar yang melakukan penyerangan diketahui dari atribut sekolah yang dikenakan. "Penyerang terlihat dari seragam dan atribut sekolahnya. Kita juga berhasil menyita arit yang ada noda darah, dan sedang diperiksa di laboratorium," ujarnya.

Dia menambahkan, pihaknya masih mendalami motif dari penyerangan sehingga terjadi tawuran antar pelajar tersebut. "jika sudah diperoleh data tersangka kita akan langsung lakukan pengejaran," tegas Wahyu. Pelaku akan dikenakan tiga pasal yaitu pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan secara bersama-sama, dan pasal 351 tentang penganiayaan.

Peristiwa tawuran antara Pelajar SMAN 70 dan SMAN 6 Jakarta kembali terlibat tawuran di ruas Jalan Bulungan Raya, Jakarta Selatan, Senin (24/9) siang. Satu korban meninggal dunia akibat luka tusuk (baca: Tawuran SMAN 70 dan SMAN 6, Satu Pelajar Tewas). Peristiwa perkelahian ini membuat prihatin semua pihak termasuk Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. (ARI)

Selengkapnya >>>

"Meski Beralaskan Terpal, Mereka Sudah Bisa Baca Tulis"

MANADO, KOMPAS.com - Beberapa anak muda yang tergerak peduli terhadap anak-anak yang kurang beruntung sehingga tidak bisa menikmati bangku sekolah membentuk Komunitas Dinding. Visi mereka adalah membagi berkat Tuhan yang telah diterima bagi anak-anak yang kurang mampu.

"Kami secara rutin setiap Sabtu membuka kelas belajar bagi anak-anak yang tidak punya kesempatan menikmati sekolah formal," ujar Koordinator Komunitas Dinding, Jenly Bonde ketika ditemui sewaktu mengajar anak-anak di Pasar Bersehati Manado, Sabtu (22/09/2012).

Telah dua tahun sejak Februari 2010, Komunitas Dinding mencoba memberikan pelajaran gratis bagi anak-anak para pedagang yang berada di Pasar Bersehati. Ada 120 anak yang terdaftar, namun hanya 60 anak yang aktif.

"Kini mereka sudah bisa baca tulis," ujar Jenly yang masih berusia 21 tahun ini. Hari itu ketika pasar mulai sepi dari pembeli, di waktu istirahat para orang tuanya, sekitar pukul 1 siang, Komunitas Dinding kembali menyapa anak-anak Pasar Bersehati.

Dengan peralatan seadanya mereka membuka ruang kelas di lantai 3 yang tidak terpakai. Hanya beralaskan terpal dan meja seadanya, puluhan anak-anak semangat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh para sukarelawan.

"Kami membuka diri bagi siapa saja yang ingin mengajar anak-anak ini. Tidak perlu harus punya jadwal tetap, yang penting datang dengan tulus dan siap mengajar," jelas Jenly lagi.

Komunitas ini mendanai kegiatan mereka dari saku mereka sendiri. Komunitas yang diisi beragam profesi ini malah tidak mau menerima sumbangan dalam bentuk uang tunai.

"Kami lebih menghargai jika bantuan yang diberikan dalam bentuk barang, misal buku, alat tulis dan meja," ujar Jenli.

Bukan hanya memberi pelajaran gratis, tetapi Komunitas Dinding juga memberikan pelayanan pengobatan gratis. Maklum beberapa diantara anggota Komunitas Dinding merupakan tenaga kesehatan masyarakat, baik dokter maupun perawat.

Kini ada sekitar 30 kepala keluarga yang merupakan pedagang di Pasar Bersehati menjadi binaan mereka. Apa yang dilakukan anak-anak muda ini menjadi salah satu bukti bahwa mereka juga peduli berbagi dengan warga yang tidak mampu tanpa perlu tergantung pada dana dari pemerintah. Sebuah teladan yang patut diapresiasi. (K73-12)

Selengkapnya >>>

Sabtu, 22 September 2012

Bansos PAUD BAKTI BUNDA TANJUNGPINANG







Penyerahan Bantuan Sembako pada Masyarakat sekitar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) AZ-ZAHRA/PAUD BAKTI BUNDA Tanjungpinang Kepulauan Riau
(kanan : Pimpinan PKBM/PAUD (Nusariadi, S.P) tengah Ketua RT (bu Mursih) kiri : penerima Bansos

Selengkapnya >>>

Kamis, 20 September 2012

KISAH SUKSES PESERTA DIDIK KURSUS & PELATIHAN

DATA TERBARU
NoNama JudulNama LKP
1ZulkhairiPenjual Madu Keliling Menjadi Service Panggilan AC LKP Cahaya Terang
2Tuha YeniHidup Layak Setelah Kursus LKP Asiah
3Tri MartonoBisa Menabung Dari Hasil Budidaya Ikan LKP Ghaza Smile
4Thabrani, Rusdi, Jajang Mamuji, Dody, Budi HSiap Mandiri dengan Kursus Komputer LKP LPTO Siap Mandiri
5Sunandar FahmiMeneruskan Kuliah Dan Buka Kursus Komputer LKP Widya Nusantara
6SariSelesai KURSUS Langsung Buka Usaha LKP Ferry / Salon Ferry
7RosmaniahGagal PNS Buka Usaha Salon LKP Asiah
8Neni Triana NurhayatiMenyesal Tak Kursus Sejak Dulu LKP Ikhwan Cendekia
9Umi Sa’adahKursus Tata Boga Berkeja di Restoran Jepang LKP Enesce Surabaya
10Tuwuh WahyudiDari Kuli Pasir Menjadi Mekanik AHAS LKP IPTTI
11Tina SholihahBuka Salon Modal 500 Ribu Rupiah LKP Hedy's
12SuhendarDari mencuci piring sampai menyulap wajah LKP Yuyu
13RosmayaBelum Selesai Kursus Order Sudah Banyak LKP Karya Jelita (pusat)
14Rose HartiniBerbekal Kursus Menjadi Karyawan Dept. Store LKP Alfabank
15RomliIkut Kursus Karena Bosan Jadi Karyawan LKP Pelita Massa
16NurliahPengusaha Salon di Tanah Rantau LKP Tria Beauty School
17HARAPAN BANGSAKarena Kursus Menjadi Teknisi Komputer LKP HARAPAN BANGSA
18Lina UlandariIkut Kursus Komputer Untuk Meningkatkan Karir LKP Ikhwan Cendekia
19Lia MardianaTamatan SMP Menjadi Pengusaha Salon LKP Tria Beauty School
20Romadhany SitanggangKursus Desain Menjadi Pengusaha Cetakan LKP Teknokrat
21Rita Husni AmdBuruh Pabrik Menjadi Pemilik Usaha “Ratu Mode” LKP YULIANA COSTUME
22IpanBerbekal Kursus Menjadi Perancang Busana LPK SARASWATI
23Renita PandianganMenjadi Penata Rias Setelah Ikut Kursus LKP Lonari
24Imam SuparnoWalau di Desa, Tidak Kalah Dengan Kota LKP Imam Salon
25RatniSukses Membuka Usaha Jahitan dan Instruktur LKP Fatma Kustum
26Imam KurniawanBermodal Kursus Beromset Puluhan Juta LKP Alfa Bank
27Ratika YaniBisa Kuliah Setelah Kursus LKP Ernala
28Okzi Okmala DewiDari Karyawan Kini Pengelola Sanggar Rias LKP Markem
29Oki Setiana DewiKursus Modeling Menjadi Artis Film LKP Silhouette Training Centre
30HasanudinKursus Gratis Membawanya ke Negeri Jiran LKP Karya Jelita (pusat)
31Dias WuriMandiri Dengan Membuka Usaha Salon LPK VITRI
32Dede RohimahKursus mengubah Guru TPA Menjadi Wirausaha Salon LKP Hedy's
33Datik OctavianiModal Kursus Kerja di Telkom LKP Magistra Utama Surakarta
34Danang Cahyo SuryonoKursus Menjembati Memasuki Dunia Kerja LKP IMKA Surakarta
35Muji HartutikKarena Kursus Mudah Mencari Kerja LKP Ferry / Salon Ferry
36CucumDari Penjaja Makanan Punya Salon Sendiri LKP Hedy's
37MisranBosan jadi Karyawan Buka Usaha Tekhnisi HP LKP C COUNT FLASHER
38Budi MaryantoKursus Komputer Bekerja Di Video Editing LKP Terra Computer System Kediri
39MarianiMenjadi Pengusaha Karena Kursus Gratis LKP RIDA
40Aulia AbdurrahmanModal Kurus Gratis Bisa Buka Salon & Spa LPK VITRI
41MahfuddinKorban Tsunami Menjadi Pengusaha Foto Copy LKP Kreatif
42Atus JulianKerja di Hotel Setelah Ikut Program KPP LKP LPT Panghegar
43Muhammad AriefPengangguran Menjadi Teknisi AC LKP Cahaya Terang
44AnwarDari Pengamen Jalanan Menjadi Teknisi HP LKP Lembaga Pendidikan Teknologi Terapan Indonesia (LPTTI)
45Ami RatnawatiBisa Kerja dan Kuliah Setelah Kursus Gratis LKP Ikhwan Cendekia
46Kiki ChandraKursus Gratis mengubah Abang Becak Jadi Tekhnisi HP DYNASTY COMPUTER
47Joko WaluyoTamatan SD Jadi Operator Warnet LKP Colorado Course
48Jhohansyah EffendiMudah Dapat Kerja Setelah Kursus Desain Grafis LKP Widya Nusantara
49Erny. ABerbekal Kursus Buka Usaha Bordir LKP Fatma Kustum
50ErawatiPembantu Rumah Tangga Menjadi Pengusaha Salon LKP Vidal
51Dita YuniatiPembantu Rumah Tangga Jadi Instruktur Kursus LKP Mayang Sari
52Dina FranitaliaDari Hobby Hingga Menjadi Pengusaha LKP Vidal
53Abdul KarimBerawal Guru Privat Kini Memiliki LPK LKP Teknokrat
54Ahmad JuandaKursus Gratis Juanda Bisa Mandiri LKP MD Collection
55TeddyModal Kursus Menjadi Pimpinan Cabang Telkom LPK YPA HANDAYANI
56SyariefDari Kursus Gratis Membuka Counter HP LKP Widyaloka Palu
57Stientje ParengkuanDari Menerima Jahitan Akhirnya Membuka Kursus LKP Modern
58SelviBuka Usaha Warung dari Program KWK LKP Annita
59MuzdalifaBisa Kerja Setelah Kursus Komputer LKP Widyaloka
60M.TaufikUsaha Service HP Setelah Kursus LKP Widyaloka Palu
61Indra, Agam Amar & M. HirvansyahLulus Kursus Elektronika (Teknisi Handphone) Buka Counter HP Sendiri LKP Widyaloka Palu
62AdriyantoKursus Komputer Jadi Tenaga Honorer LKP Widyaloka Palu
63Yoz Sasmita KurniawansyahKursus Sambil Bekerja Menjadi Instruktur LKP Kharisma
64Yoz Sasmita KurniawansyahKursus Sambil Bekerja Menjadi Instruktur LKP Kharisma
65Umi MarlinaKarena Kursus Adikku dapat Sekolah Lagi LKP Airlangga College
66MariyatiMelalui Kursus Melepas Gelar “GAKIN” LKP Hanni Modess
67HendriTerbebas dari Kemiskinan Setelah Kursus Farmasi LKP Medika Husada
68AgustinaKursus Spa Gratis Berkeja di Salon Kecantikan LKP FAJAR
69NovaMengubah Koran Bekas Jadi Suvenir Cantik LKP Nice Hady Craft
70Ninik PurwiyandariLulus Kursus Membuka Kursus Dan Usaha Jahit LKP Modes Kartini muda
71Ni Putu LendriasihTambah Penghasilan Setelah Kursus Spa LKP The Padmastana Training Center
72Ni Nyoman RingunIbu Rumah Tangga menjadi Ahli SPA di Hotel LKP The Padmastana Training Center
73Ni Ketut SulasihDari Cleaning Service menjadi Ahli SPA LKP The Padmastana Training Center
74MuknimLulus KPP Langsung Di Rekruit Kerja LKP Modes Kartini muda
75Maria AfridaIngin Bantu Suami Buka Salon Kecantikan LKP The Padmastana Training Center
76Made SuartaSukses Usaha Menjual Jasa Pijat Refleksi LKP The Padmastana Training Center
77Herman NuslebaPilih Kursus Menjahit Karena Mudah Cari Kerja LKP Citra Busana
78Heny SuryaniTunarungu Punya Usaha Menjahit LKP Modes Kartini muda
79Gusti Ayu Nyoman PuspitawatiIkut Pelatihan Therapi Spa Ekonomi Keluarga Meningkat LKP The Padmastana Training Center
80DodyPerantau asal Surabaya Usaha Service AC mobil Yayasan Gema Swastika
81Ahmad SumariKursus Membawa Sumari Sukses di Bali LKP Asrie Modesta
82Srie MaryatiMembuka Usaha Jahitan Hingga Memiliki LPK LKP Asrie Modesta
83Naomi LatumahinaDari Kursus Merubah Hidup LKP Jayanegara
84Margareht AdjiLulusan Program Bantuan Sosial Kursus Wirausaha Kota (KWK) Langsung Kerja LKP Prayer Com
85Mansye FernandusTukang Becak Menjadi Teknisi Komputer LKP Jayanegara
86HasriBermodal Kursus Bekerja di Perusahaan Retail LKP Pometia
87Eko Yanuar AntoMagang Saja Sudah Digaji LKP Pometia
88ImranBisa Kerja di Pemda Karena Ikut Kursus LKP Pometia
2012 © Direktorat Pembinaan Kursus & Pelatihan
Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal - Kementerian Pendidikan & Kebudayaan
website: http://www.infokursus.net - email: ditbinsus@yahoo.co.id

Selengkapnya >>>

Tingkatkan Kreativitas Anak Tak Harus dengan "Gadget"

JAKARTA, KOMPAS.com Merangsang kreativitas anak memang perlu dilakukan sedini mungkin. Caranya banyak, bisa melalui kegiatan kecil atau terjun langsung pada kegiatan di alam terbuka. Memanfaatkan alat bantu khusus atau dengan perangkat seadanya yang banyak tersedia di sekitar.

Era teknologi yang semakin canggih melahirkan banyak perangkat elektronik yang dapat menjadi alat bantu mengasah kreativitas anak. Gadget adalah barang elektronik berukuran kecil yang didesain secara lebih pintar dibandingkan dengan teknologi normal pada masa penemuannya.

Tak pelak, banyak anak-anak yang keranjingan bermain gadget. Umumnya, anak-anak menggunakan fitur tertentu dalam gadget untuk bermain game, baik online maupun offline. Yang pasti, bila tak dikontrol dengan aturan yang pas, dampak negatif akan lahir dari penggunaannya.

Sebut saja waktu yang dihabiskan seorang anak untuk bermain gadget. Berapa lama dia bermain gadget setiap harinya, setiap bulannya, setiap tahunnya. Tanpa kontrol yang ketat, candu bermain gadget akan semakin melilit anak-anak dan bukan tidak mungkin hal itu akan mengganggu performa akademisnya atau menimbulkan efek psikologis yang jauh lebih berbahaya.

Tokoh anak-anak Phil Gallagher mengatakan, untuk merangsang kreativitas anak-anak sebaiknya tidak menggunakan barang-barang yang masuk dalam kategori teknologi canggih. Para orangtua dapat menyiasatinya dengan alat atau barang seadanya yang lebih sesuai dan secara biaya juga jauh lebih ekonomis.

Baginya, media bermain untuk anak-anak, apa pun tujuannya harus disajikan dengan seimbang dan kontrol serius dari para orangtua. Seimbang secara psikologis, secara waktu penggunaannya, dan seimbang dengan hasilnya.

"Tidak harus menggunakan alat teknologi canggih, banyak benda di sekitar yang jauh lebih murah. Karena yang penting semua harus seimbang," kata pria yang lebih dikenal dengan nama Mister Maker ini, saat ditemui Kompas.com di Jakarta, Jumat (31/8/2012) malam.

Pria asli Inggris ini telah tiga kali mengunjungi anak-anak di Indonesia. Kali ini, dia berencana mengunjungi anak-anak di usia tiga sampai delapan tahun di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Medan. Selama di Indonesia, dia akan menghadiri lokakarya seni dan kerajinan untuk anak-anak, serta mengunjungi sekolah-sekolah. Setelah Indonesia, dia akan melanjutkan turnya ke Kuala Lumpur dan Singapura. Mister Maker adalah acara yang menghidupkan dunia seni untuk anak dengan cara yang modern, segar, dan inovatif.

Selengkapnya >>>

Senin, 17 September 2012

Simpang Siurnya Data Pokok Pendidikan

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa tahun ini, pemerintah banyak melakukan terobosan di dunia pendidikan. Akan tetapi, semua inisiatif dilaksanakan sebelum data pokok pendidikan (dapodik) tersaji dengan mantap.

Pada pelaksanaannya, tak sedikit masalah yang muncul. Faktor pemicu terbesar adalah ketidaksiapan lapangan karena para "jugador-nya" seperti tak memiliki bekal data yang valid dan akurat, baik di tingkat daerah, maupun pusat.

Dimulai dengan program beasiswa biaya pendidikan mahasiswa berprestasi, atau sering dipendekkan menjadi bidik misi. Santunan istimewa ini pertama kali diberikan kepada 20 ribu mahasiswa di tahun 2010. Berdasarkan catatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sampai triwulan pertama 2012, jumlah penerimanya telah mencapai 90 ribu mahasiswa.

Jumlah itu terus bertambah seiring dengan dimulainya tahun akademik baru. Karena rencana awalnya, plafon bidik misi di setiap tahun mencapai 20 ribu mahasiswa walau tak menutup kemungkinan ada penambahan di tengah perjalanan. Tentunya hanya untuk mereka para mahasiswa yang benar-benar miskin tapi mampu secara akademik untuk mengikuti perkuliahan.

Niat baik tentu perlu diapresiasi, akan tetapi ada hal serius yang perlu diperhatikan, yaitu kelemahan data sehingga memicu pemberian bidik misi yang salah sasaran. Mahasiswa yang mampu secara finansial juga ikut mendaftar sebagai calon penerima beasiswa tersebut. Realitanya, tak sedikit mahasiswa di perguruan tinggi negeri (PTN) yang tidak tergolong miskin akhirnya memperoleh beasiswa yang sejatinya bukan menjadi haknya.

Simpang siur


Kemendikbud selalu menjawab dengan dua hal untuk menampik lemahnya dapodik. Pertama, melemparkan masalah kepada daerah dengan alasan semua data berdasarkan pengolahan di daerah. Kedua, selalu berjanji akan terus memperkuat basis data baik dari segi jumlah siswa, jumlah guru, maupun kondisi sekolah di seluruh Indonesia. Diharapkan data tersebut dapat terinvetarisasi secara valid pada tahun 2012.

"Bukan salah sasaran, tetapi kita belum bisa menghimpun secara pasti, karena data yang kita gunakan data dari daerah. Ke depan kita akan miliki dapodik secara nasional," dikatakan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan, Musliar Kasim beberapa waktu lalu.

Contoh lain adalah mengenai Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi. Data yang dimiliki Kemendikbud berbeda dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), lain pula dengan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Data Kemendikbud mengenai APK Dikti hanya 16 persen, sementara BPS dan Bappenas masing-masing melansir 18 persen dan 26,3 persen.

Belum lagi saat menggulirkan program Bantuan Siswa Miskin (BSM), sasaran penerimanya juga tidak jelas. BPS melansir ada 40 juta jumlah masyarakat miskin, sedangkan dalam catatan Kemendikbud jumlah siswa miskin mencapai 70 juta jiwa.

Lemahnya dapodik berimbas pada amburadulnya layanan yang diberikan. Ada sebuah lelucon yang mengatakan, pembangunan pendidikan nasional tak akan optimal selama hanya melihat dari kacamata Jawa.

Tengok saja pelaksanaan Ujian Nasional (UN), dan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Semua ketentuan diberlakukan sama, mulai dari bobot soal sampai pada standar kelulusannya masih belum adil, khususnya buat mereka, para peserta didik di timur Indonesia.

Seperti diketahui, UN dan SNMPTN dilaksanakan serba sama secara nasional, begitupun standar kelulusannya. Tidak akan terlalu masalah bagi siswa di kota besar yang kualitas pendidikannya dapat dan mungkin bisa melebihi rata-rata nasional. Tetapi bagaimana dengan siswa di daerah? Mereka menjerit, tapi tak terdengar.

Perbaiki validitas

Dalam sebuah pertemuan bersama Komisi X DPR, Ketua Indonesia Menggugat, Iwan Pranoto menyampaikan kritiknya pada pelaksanaan UN. Baginya, UN menjadi tidak logis dan tidak manusiawi saat hasilnya dijadikan penentu kelulusan. Pasalnya asupan pendidikan yang diterima para siswa masih berbeda berdasarkan kemampuan daerahnya.

"Akhirnya timbul kecurangan, itu karena pendidikan disuguhkan dengan cara yang kuno," ungkapnya.

Anggota Komisi X DPR, Dedi Gumelar menjadi salah satu anggota dewan yang paling sering menyoroti kelemahan dapodik. Baginya, kendala pembangunan pendidikan secara nasional lebih dikarenakan tiga hal, yakni data, data, dan data.

Dalam catatannya, ada kevakuman memperbarui dapodik selama lebih dari lima tahun. Itu mengapa dirinya selalu ragu akan validitas dapodik saat ini.

"Iya dong, data itu penting. Supaya kita memiliki peta untuk menyusun kebijakan semua program dan postur anggaran yang berdasarkan pada riset," kata Dedi kepada Kompas.com, Jumat (14/9/2012) pagi.

Itulah sepenggal potret mengenai kelemahan data pokok pendidikan. Belum ditambah dari sisi data tenaga pendidik yang kisruhnya masih tercium hingga saat ini. Terakhir adalah pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) yang data pesertanya terbukti karut marut. Padahal, dapodik merupakan hal terpenting yang harus dimiliki pemerintah sebagai acuan dasar untuk melaksanakan semua programnya.

Selengkapnya >>>

Tahun Depan, 90 Persen Seleksi Masuk PTN Lewat Jalur Undangan

JAKARTA, KOMPAS.com - Penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN) secara nasional mulai tahun 2013 diutamakan lewat jalur undangan. Sebanyak 90 persen kursi di PTN diperbeutkan lewat seleksi nasional jalur undangan yang terbuka bagi semua siswa kelas 3 di jenjang pendidikan menenga.

"Untuk tahun depan, penerimaan mahasiswa baru yang seleksi nasional mencapai 90 persen. Kuota itu ditujukan untuk siswa yang berada di kelas tiga SMA/SMK atau sederajat pada tahun 2013. Adapun siswa yang lulus tahun lalu bisa ikut lewat ujian tulis yang jatahnya 10 persen," kata Idrus Paturusi, Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia, Senin (10/9/2012).

Menurut Idrus yang juga Rektor Universitas Hasanuddin, Makassar, pada awalnya penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri (PTN) hendak diubah seluruhnya lewat jalur undangan saja. Penerimaan mahasiswa baru dengan mempertimbangkan nilai raport selama belajar di pendidikan menengah dan nilai ujian nasional (UN).

"Namun, ada masukan supaya tetap ada kesempatan bagi lulusan tahun lalu yang mau ikut ujian lagi. Mereka bisa lewat ujian tulis yang diselenggarakan tiap PTN," ujar Idrus.
Bobot UN 

Dengan berubahnya sebagian besar penerimaan mahasiswa baru PTN lewat jalur undangan, pendaftaran menjadi terbuka buat semua siswa kelas 3 di jenjang pendidikan menengah. Sebelumnya, seleksi nasional lewat jalur undangan dikhususkan bagi siswa berprestasi yang direkomendasikan tiap sekolah, yang jumlahnya bergantung pada akreditasi sekolah.

Selain pendaftaran terbuka bagi semua siswa, biaya pendaftaran pun ditanggung pemerintah. Perubahan ini sejalan dengan ketentuan pada pasal 73 ayat 1 dan 2 Undang-undang No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.

Pada pasal itu disebutkan bahwa penerimaan mahasiwa baru PTN dapat lewat pola penerimaan mahasiswa baru secara nasional dan bentuk lain. Pemerintah menanggung biaya calon mahasiswa yang akan mengikuti pola penerimaan mahasiswa baru secara nasional.  

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan beban masyarakat untuk pendaftaran ujian masuk PTN selama ini cukup tinggi. Selain itu, di tingkat akhir siswa SMA/SMK juga menjadi stress karena dibebani UN dan berbagai tes masuk ke PT.

"Pemerintah memikirkan supaya ada satu cara penerimaan yang bisa berlaku untuk semuanya. Biaya pendafataran yang ditanggung masyarakat akan ditanggung pemerintah," kata Nuh.

Selengkapnya >>>

2013, Pemerintah Bakal Prioritaskan PAUD

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menjanjikan program pendidikan bagi 1,35 juta anak usia dini menjadi salah satu prioritas dalam kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun yang akan datang. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh, dalam rapat kerja bersama anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Senin (10/9/2012), mengatakan, hal ini dilakukan karena jumlah anak berusia 3-6 tahun di Indonesia akan mencapai angka 40 juta anak.

Nuh menegaskan, Kemendikbud akan meningkatkan perhatian pada lembaga Pendidikak Anak Usia Dini (PAUD) dengan menyediakan dana Bantuan Operasional dan Perawatan (BOP) bagi 45 ribu lembaga PAUD yang ada.

"Tidak hanya bantuan operasional, Kementrian juga akan membangun lagi 50 unit PAUD terpadu dan merehabilitasi 100 lembaga PAUD yang dilaporkan dalam keadaan tidak baik," paparnya.

Nuh juga menambahkan pihaknya akan menyalurkan bantuan pada 13 ribu lembaga PAUD rintisan. Selain itu, bantuan juga diberikan untuk pendirian 260 ruang kelas baru PAUD, pemberian alat peraga edukasi bagi 2 ribu lembaga PAUD yang terdaftar, dan penguatan sarana kelembagaan bagi 16 ribu PAUD tersebut.

Pendidikan nonformal
Dalam pembahasan ini, anggota DPR komisi X Venna Melinda juga menyinggung anggaran PAUD senilai 2,8 Miliar juga harus mencakup pendidikan nonformal yang saat ini harus lebih diperhatikan lagi.

"Pendidikan non formal sekarang sedang marak dilaksanakan komunitas-komunitas yang belum atau tidak punya badan hukum. Sekolah anak jalanan, juga tolong diperhatikan karena miris sekali melihat kondisi mereka," kata mantan putri Indonesia itu.

Selama ini Venna mengamati komunitas pendidikan nonformal justru konsisten dalam menangani pendidikan di masyarakat.

"Beberapa kali saya pernah berkunjung ke sekolah sampah Bantar Gebang, komunitas sekolah Terminal Hujan Bogor, yang kadang berpindah-pindah tempat karena kehujanan itu sesuai namanya," ungkapnya.

"Paling baru Sekolah Darurat Kartini, sekolah ini juga sering berpindah-pindah tempat. Bagaimana punya badan hukum, kalau tempat aja masih belum tetap. Sebab, mereka punya hak untuk itu," tambahnya kemudian.

Selengkapnya >>>

Sabtu, 15 September 2012

Misteri Dibalik Nilai Anak Yang Hancur

Kenapa seorang anak ketika belajar di rumah bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah juga bisa, bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga bisa, meskipun soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba nilainya jelek. Nah apakah anda pernah punya masalah seperti ini? Anda yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah seperti ini. Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak anda yang tadi malam belajar sudah bisa semua, tapi ketika ulangan ternyata ulangannya dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali mungkin anda bisa memakluminya, tapi jika ini terjadi berulang kali, anda pasti mulai jengkel pada anak anda. Bahkan bisa jadi anda frustasi dan kemudian malah mengeluarkan kata-kata negatif.
Nah apakah yang terjadi dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa sewaktu mengerjakan soal di rumah dan kemudian gagal waktu dia ulangan. Untuk hal-hal yang sama dan itu berulang kali, maka ada tiga hal yang perlu anda waspadai:
1. Anda perlu curiga bahwa anak ini mengalami kecemasan yang tersembunyi
Anda pasti bertanya nggak mungkin? dia cemas dari mana….kenapa koq dia cemas?
Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh banyak faktor. Ya, jadi bisa jadi tuntutan yang terlalu tinggi dari kita orang tua atau mungkin bahkan dari gurunya. Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kwalitas optimalnya. Sehingga ketika ulangan,yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak bisa memenuhi tutuntan dari si orang tua. Atau tuntutan dari gurunya mungkin. Nah anda tahu, Ketika kita itu cemas maka kita tidak bisa berpikir secara jernih.Anda tentu pernah mengalaminya bukan? ketika anda sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas karena tuntutan kita yang terlalu tinggi,atau keharusan untuk menguasai sesuatu.
Ketika mereka merasa tidak mampu,kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba “blank”, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah anda pada saat dulu anda kuliah? Mungkin masih SMA bahkan? Ketika kita ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah belajar, hal tersebut. Nah ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi anda harus mengumpulkan,dan waktunya habis. Oke, makin kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa. Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita. “ahh..” kenapa tidak dari tadi munculnya, anda pasti menggerutu pada diri anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan?
Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan – tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya. Ya,kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tapi begitu nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka. “Kenapa sih nilai kamu koq jelek?” Jarang sekali ada orang tua yang mengatakan, “oh iya saya bisa memahami kamu na, Apa yang mama/papa bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi”. Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin nilainya jelek tentunya. Tapi kenyataan yang dihadapi lain.
Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti. Di lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa, “aduh kalau saya jelek lagi saya pasti dimarahi lagi”, “saya pasti mengecewakan mama saya”. Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan pada mamanya saya takut ma, “kenapa takut?” Tanya mamanya. “saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek”. Dan ini dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD. Nah,dari kejadian tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “mama nga masalah dengan nilai mu”. Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai orang tua hanya mengatakan, “nggak.. nilai berapapun saya nggak masalah koq”. Tapi ternyata itu hanya di mulut saja. kenyataannya si anak merasakan hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.
Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat sebenernya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah bisa atau belum.Berbahagialah ketika nilai anak anda jelek. Karena apa? sekarang anda tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau bodoh.
2. Sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang pernah di terima seorang anak bisa di rumah, bisa di sekolah.
Misalnya, ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita marah-marahin dia, bahkan mungkin di hukum. Suruh berdiri di pojok, nggak boleh makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu. Nah ketika dia menerima perlakuan itu,maka perlakuan itu akan membekas di memorinya. Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan maka yang dia liat di lembar soalnya bukan soal yang harus dibaca, tetapi wajah orang tuanya yang sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam pikirannya. Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orang tua yang sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang memalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang dan akhirnya ulangannya jelek.
Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya anda perlu segera minta maaf pada anak anda. Anda cukup mengatakan, “tempo hari waktu ulangan kamu jelek,dan kemudian papa atau mama marah sama kamu saat itu perasaan kamu bagaimana?” apapun yang di jawab oleh anak anda terima apa adanya. Misalkan dia menjawab, Saya takutlah, saya merasa ini itu apapun itu anda tinggal ngomong “Oke Maaf, papa mungkin saat itu keceplosan ngomong. Atau mungkin saat itu mama lepas control sehingga memarahi kamu terlalu dalam. Tapi sebenernya maksud mama sangat baik. Kamu mau nggak maafin mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya sama-sama dan kamu boleh tanya sama mama bagaimana supaya jadi nilainya baik. Kamu pasti kepengen nilai kamu juga baik juga kan?” Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak. Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih saying dan untuk di terima apa adanya.
3. Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkualitas.
Mungkin anda bertanya, “ah mana mungkin saya tidak memperhatikan anak saya”. Betul,saya percaya dan yakin bahwa setiap orang tua pasti memperhatikan anaknya.Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan perhatian di sini adalah perhatian yang berkuwalitas. Dalam arti kita memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan Cuma memperhatikan tugas-tugas yang dia harus slesaikan. Kebanyakan dari kita hanya memperhatikan tugas –tugas yang harus di selesaikan oleh seorang anak. Kita hanya memperhatikan kamu sudah ngerjakan PR belum? kamu sudah belajar belum? pensil kamu sudah diraut belum? Besok kalau ulangan kamu sudah siapkan pensil atau bolpointnya? Buku kamu sudah kamu siapin belum? kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan aspek-aspek perasaan dari si anak.
Padahal yang jauh lebih dibutuhkanseorang anak adalah perhatian akan perasaan-perasaannya sehingga dia bener-bener di terima secara utuh oleh orang tuanya. Anda bisa memberikan perhatian berkuwalitas ini dengan lebih baik, dengan cara membaca artikel saya yang berjudul “Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak”. Itu adalah salah satu cara terbaik untuk memberikan perhatian berkualitas pada anak Anda.


Sumber: www.pendidikankarakter.com

Selengkapnya >>>

Anak Indonesia Pasti Bisa Jadi Astronot

JAKARTA, KOMPAS.com - Mamoru Mohri punya harapan besar ketika berkunjung ke Indonesia. Astronot asal Jepang ini berharap jejak petualangannya ke antariksa diteruskan oleh anak-anak Indonesia. Mamoru yakin akan kemampuan generasi muda Tanah Air.

"Saya melihat generasi muda Indonesia sangat potensial untuk menjadi seorang astronot," kata Mamoru, Rabu (13/9/2012).

Saat hadir di Kalbe Junior Science Fair 2012 di Jakarta, 8-9 September lalu, Mamoru memang diminta untuk menjelaskan mengenai peran astronaut ilmuwan dan tugasnya selama berada di luar angkasa kepada anak-anak yang datang. Mamoru mengaku terkesan dengan animo anak-anak untuk mendengarkan dan cita-cita mereka untuk menjadi astronot.

Oleh karena itulah, dia berani merauh harapan yang besar tentang misi antariksa oleh astronot dari Indonesia. Menurutnya, iklim perkembangan sains di Indonesia sebenarnya sangat menjanjikan. Satu-satunya pekerjaan rumah hanyalah memberikan motivasi kepada generasi muda untuk aktif terlibat dalam riset dan sains.


Astronot ilmuwan pertama Asia

Mamoru adalah astronot ilmuwan pertama Asia. Dia adalah ahli kimia yang dipilih untuk meluncur ke antariksa pada 12-20 September 1992 dalam misi Enceavor STS-47.

Seharusnya, sebutan astronot ilmuwan pertama Asia itu menjadi milik seorang astronot ilmuwan Indonesia, seorang perempuan bernama Pratiwi Sudarmono. Namun, peristiwa meledaknya wahana antariksa bernama Challenger yang seharusnya meluncurkan tiga satelit, salah satunya, satelit Palapa B3, dan menewaskan tujuh astronotnya terjadi pada Februari 1986.

Setelah kejadian ini, sejumlah misi dibatalkan, termasuk misi perempuan pakar mikrobiologi itu dan timnya yang disebut misi STS-61-H. Enam tahun setelahnya, Mamoru berangkat dan berhasil disebut sebagai astronot ilmuwan pertama Asia.

Mamoru sekarang aktif sebagai Direktur Eksekutif Museum Inovasi Jepang. Sudah dua kali dia berkunjung ke Indonesia, antara lain memenuhi undangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan undangan seminar tentang green economic di Bogor, Jawa Barat. Tiga kali kunjungannya ini sudah memantapkan penilaian pria berusia 64 tahun ini bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing di dalam dunia sains dan teknologi, bahkan di luar angkasa.
Sumber :
ANTARA

Selengkapnya >>>

Meningkatkan Kecerdasan Anak Melalui Membaca

Budaya membaca di negara kita ini masih sangat rendah. Bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita masih kalah jauh. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah pemahaman yang kurang tentang pentingnya membaca. Pemahaman tentang pentingnya membiasakan anak membaca sejak dini perlu diketahui oleh para orang tua.

Mengapa membaca itu penting? Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi dari otak manusia dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Paul C. Burns, Betty D. Roe & Elinor P. Ross ( dalam Teaching Reading in Today’s Elementary School ) mengatakan bahwa membaca merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya proses membaca itu yang penting tetapi setiap aspek yang ada selama proses membaca juga bekerja dengan sangat kompleks. Ada delapan aspek yang bekerja saat kita membaca, yaitu aspek sensori, persepsi, sekuensial (tata urutan kerja), pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, dan afeksi. Kedelapan aspek ini bekerja secara bersamaan saat kita membaca. Sesungguhnya otak anak mempunyai kapasitas yang sangat luas. Otak kita memiliki sekitar seratus miliar sel otak. Angka yang sangat fantastis! Ini sama dengan dua puluh kali lipat seluruh penduduk dunia. Kemampuan otak yang sangat tinggi ini menjadi tidak berfungsi kalau kita tidak mengembangkannya. Kita mengembangkan otak kalau kita menggunakannya. Sel-sel otak akan saling berhubungan satu sama lain (membentuk koneksi) kalau otak kita gunakan untuk berpikir. Ketika anak membaca berarti anak sedang menggunakan otaknya untuk berpikir yang membuat sel-sel di otak saling terkoneksi. Semakin sering anak membaca buku maka semakin banyak sel otak yang terkoneksi. Sel-sel otak yang terkoneksi inilah yang membuat anak menjadi cerdas.

Mengapa kita harus menumbuhkan minat baca sejak dini? Anak-anak memiliki kemampuan belajar yang sangat tinggi. Mereka mudah sekali mempelajari sesuatu yang baru. Ketika anak-anak kita masih berusia balita (bawah tiga tahun), mereka dengan mudahnya meniru perilaku-perilaku yang mereka lihat di lingkungan tempat mereka tinggal. Hal ini terjadi karena perkembangan otak paling pesat terjadi pada rentang usia 0-6 tahun. Ketika seorang anak telahir di dunia ini, pertumbuhan otaknya sudah 25%, ketika mereka berusia 18 bulan sudah mencapai 50% dan di saat mereka berusia 6 tahun pertumbuhan otak anak mencapai 90% dan mencapai ukuran maksimal ketika berusia 18 tahun (100%). Pertumbuhan otak ini seiring juga dengan perkembangan intelektual anak. 50% kemampuan intelektual anak berkembang saat lahir sampai umur 4 tahun, menurun menjadi 30% dalam rentang usia 4 sampai 8 tahun, dan ketika mereka berusia 8 sampai 18 tahun semakin menurun menjadi 20%. Betapa sayangnya jika usia-usia emas (golden age) seorang anak berlalu begitu saja tanpa mendapatkan sesuatu yang berarti. Padahal membentuk kebiasaan di usia ini jauh lebih mudah dibanding usia sesudahnya.

Banyak manfaat yang diperoleh anak jika mereka senang membaca buku sejak usia mereka masih sangat muda. Manfaat yang bisa diperoleh bagi seorang anak yang senang membaca antara lain :

1. Membaca Melatih Konsentrasi Anak

Membaca akan meningkatkan kinerja otak secara optimal. Ia mengembangkan selective attention (perhatian selektif), sehingga otak hanya memproses informasi yang secara sengaja dicerna. Ini merupakan unsur terpenting konsentrasi. Seseorang hanya mampu menikmati bacaan dan menyerap informasi dengan baik hanya apabila otak dalam keadaan efektif mengelola informasi atau secara umum disebut berkonsentrasi. Jika anak bisa menikmati bacaan dengan penuh semangat, ini menandakan kemampuan berkonsentrasi anak berkembang dengan baik.

2. Membaca Membuka Cakrawala Pengetahuan Menjadi Luas

Membaca tentu saja merupakan gerbang utama pengetahuan. Dengan membaca, pengetahuan anak akan lebih kaya. Pada gilirannya, bertambahnya pengetahuan anak apabila mendapat respon positif dari lingkungan, khususnya orangtua, akan meningkatkan minat belajar. Anak menemukan keasyikan dengan membaca sebagai salah satu proses belajar, sementara pengetahuan yang diserap melalui membaca meningkatkan rasa ingin tahu dan dorongan untuk menemukan yang lebih besar, sehingga memacu anak belajar lebih keras dalam bentuk eksperimen, mengamati maupun bentuk-bentuk belajar lainnya. Pengetahuan yang dimiliki anak juga sangat bermanfaat meningkatkan respon anak terhadap pengetahuan baru yang berhubungan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Selain itu, penguasaan anak yang sangat baik terhadap berbagai disiplin pengetahuan juga memberi manfaat meningkatkan dorongan belajar terhadap cabang pengetahuan yang sama sekali berbeda, karena kekayaan pengetahuan itu sendiri memberi perasaan berharga pada diri anak.

3. Membaca Mengasah Kecakapan Berbahasa Anak

Selain erat kaitannya dengan kemampuan berkomunikasi, kecakapan berbahasa sangat mempengaruhi keterampilan berpikir logis dan sekuensial. Bahan bacaan yang diserap anak, tentu saja sangat menentukan apakah anak akan terlatih berpikir logis atau tidak. Karena itu, orangtua perlu memperhatikan buku yang menjadi sumber bacaan anak.

Membaca merupakan pondasi awal untuk meningkatkan kecerdasan anak. Bukan hanya tugas seorang guru yang berkewajiban mengajarkan membaca kepada anak. Peran orang tualah justru yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca sang anak. Selain guru di sekolah tugas orang tualah di rumah untuk mengajarkan membaca kepada sang anak. Jadi jika kita menginginkan seorang anak yang cerdas, jangan tunda-tunda lagi untuk mengajarkan membaca kepada anak sedini mungkin. Ayo budayakan budaya membaca sedini mungkin!!

Disadur dari www.gurubangkit.wordpress.com

Selengkapnya >>>

Kreativitas dan Dunia Anak

Kreativitas didefinisikan dan dimaknai dengan berbagai sudut pandang. Secara bahasa, Michaelis (1980) mengartikan kreativitas sebagai sesuatu yang baru atau original. Michaelis menambahkan bahwa sekaitan dengan dunia anak, hal yang baru atau original tersebut mengandung makna interpretasi. Jadi baru di sini adalah sesuatu sebagai hasil dari hubungan sintesis ide-ide original yang sudah ada, hipotesis yang baru atau cara baru dalam melakukan sesuatu.hubungan dari sintesis dan ekspresi. Jadi baru bukan benar-benar baru tapi merupakan hasil dari kemampuan dalam menyusun kembali sesuatu yang telah ada untuk tujuan tertentu. Seperti yang dinyatakan Lowenfield (1956):

This ability to rearrange and redefine materials for new purposes is an important aspect of any creative process. In fact, it is the nature of experimentation with materials to use them in an new way or rearrange them in new combination.

Jadi, ketika kita berbicara kreativitas dan anak, maka kita berbicara bagaimana memberikan materi-materi pengetahuan pada anak sehingga input pengetahuannya banyak dan akhirnya dia bisa mensintesis dari pengetahuan-pengetahuan tersebut hal-hal yang baru atau orisinil. Tapi pentu saja selain input berbagai pengetahuan yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan kesempatan pada anak untuk melahiran hal yang orisinil tersebut.

Kreativitas menyangkut berbagai segi. Ditinjau dari segi kepribadian, kreativitas merujuk pada potensi atau daya kreatif yang ada pada setiap pribadi, anak maupun orang dewasa. Pada dasarnya, setiap orang memiliki bakat kreatif dengan derajat dan bidang yang berbeda-beda. Kita perlu mengenal bakat kreatif pada anak untuk dapat mengembangkan kreativitas anak. Setelah itu, kita pun harus menghargainya dan memberi kesempatan serta dorongan untuk mewujudkannya.

Jika ditinjau sebagai suatu proses, kreativitas dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk pemikiran dimana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan yang baru untuk mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah. Pada anak yang masih dalam proses pertumbuhan, kreativitas hendaknya mendapat perhatian dalam hal proses, bukan produk dari kreativitas itu sendiri.

Ada 3 ciri dominan anak kreatif, yakni spontan, memiliki rasa ingin tahu dan tertarik pada hal-hal yang baru. Ketiga ciri-ciri tersebut terdapat pada diri anak, artinya pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan dasar kreativitas sejak dini. Pada usia selanjutnya kreativitas anak dapat berkembang optimal atau dapat tertekan atau terhambat tergantung berbagai hal, seperti gizi, kesehatan, pengasuhan, serta lingkungan sekitar. Kewajiban orang tua sebenarnya adalah mempertahankan agar anak tetap kreatif

Orang kreatif menyukai tantangan dan yakin bahwa setiap permasalahan memiliki solusi. Orang kreatif juga sudah biasa terbuka terhadap ide baru dan berani mengambil resiko atas ide barunya tersebut meskipun tidak mendapat respon dari lingkungannya. Ciri-ciri orang kreatif antara lain:
Ia bisa memberi banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yang Anda berikan.
Ia mampu memberi jawaban bervariasi, dapat melihat suatu masalah dalam berbagai sudut pandang.
Ia dapat memberi jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban baru biasanya tidak lazim atau kadang tak terpikirkan orang lain.
Ia mampu menggabungkan atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci sampai hal-hal kecil sebagaimana aslinya.

Agar kreativitas dapat berkembang, diperlukan dorongan atau pendorong dari dalam sendiri dan dari luar. Pendorong yang datangnya dari diri sendiri, berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi, sedangkan yang dari luar misalnya keluarga, sekolah dan lingkungan.

Dalam lingkungan keluarga, pendidikan orang tua terhadap anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas anak. Anak yang memiliki bakat tertentu, jika tidak diberikan rangsangan-rangsangan atau motivasi dari orang tua dan lingkungannya, tidak akan mampu memelihara, apalagi mengembangkan bakatnya.

Keluarga adalah lingkungan yang paling banyak mempengaruhi kondisi psikologis dan spiritual anak. Di Jepang, misalnya, karena Jepang sangat memperhatikan pengembangan kreativitas anak melalui kebebasan dan pemupukan kepercayaan diri, kebangkitan kreativitas anak-anak di Jepang mengungguli anak-anak di Amerika dan Eropa (Awwad, 1995). Tapi kondisi tersebut sangat berbeda di Indonesia. Suatu penelitian di Jakarta tentang sikap orang tua dalam pendidikan anak menyimpulkan bahwa orang tua kurang menghargai perkembangan dari ciri-ciri inisiatif, kemandirian dan kebebasan yang erat hubungannya dengan pengembangan kreativitas dan lebih mementingakan ciri-ciri kerajinan, disiplin dan kepatuhan.

Setelah keluarga, lingkungan selanjutnya yang bisa mempengaruhi kreativitas anak adalah sekolah. Menurut pengamat pendidikan Islam Drs. Asep Sujana, anak-anak di masa sekolahnya dulu sudah dikondisikan untuk mengeluarkan daya kreativitasnya seperti melalui mata pelajaran prakarya atau hastakarya dengan membuat beberapa perhiasan, barang cendera mata, atau peralatan rumah tangga dari barang-barang yang ada di lingkungan rumah dan sekolah. Tapi sekarang situasi di sekolah tidak memunginkan anak untuk kreatif. Berdasarkan sebuah penelitian, di sekolah ditemukan kurang lebih 40 % anak berbakat tidak mampu berprestasi setara dengan kapasitas yang sebenarnya dimiliki (Achir,1990). Akibatnya, sekalipun berkemampuan tinggi, banyak anak berbakat tergolong kurang berprestasi.

Selengkapnya >>>

Jumat, 14 September 2012

Mencetak Anak Cerdas

Anak cerdas tentu dambaan setiap  orang, sebab kecerdasan merupakan modal tak ternilai bagi si anak untuk  mengarungi kehidupan di hadapannya. Beruntung kecerdasan yang baik ternyata  bukan harga mati, melainkan dapat diupayakan.
Dr. Bernard Devlin dari Fakultas  Kedokteran Universitas Pittsburg, AS, memperkirakan faktor genetik cuma  memiliki peranan sebesar 48% dalam membentuk IQ anak. Sisanya adalah faktor  lingkungan, termasuk ketika si anak masih dalam kandungan.
Untuk menjelaskan peran genetika  dalam pembentukan IQ anak, seorang pakar lain di bidang genetika dan psikologi  dari Universitas Minnesota, juga di AS, bernama Matt McGue, mencontohkan, pada  keluarga kerajaan yang memiliki gen elit, keturunannya belum tentu akan memiliki  gen elit. ”Keluarga bangsawan yang memiliki IQ tinggi umumnya hanya sampai  generasi kedua atau ketiga. Generasi berikutnya belum diketahui secara pasti,  karena mungkin saja hilang, meski dapat muncul kembali pada generasi kedelapan  atau berikutnya”, ungkap McGue. ”Orang tua yang memiliki IQ tinggi pun bukan  jaminan dapat menghasilkan anak ber-IQ tinggi pula.” Ini menunjukkan genetika  bukan satu-satunya faktor penentu tingkat kecerdasan anak.
Faktor lingkungan, dalam banyak  hal, justru memberi andil besar dalam kecerdasan seorang anak. Yang dimaksud  tak lain adalah upaya memberi ”iklim” tumbuh kembang sebaik mungkin sejak si  anak masih dalam kandungan agar kecerdasannya dapat berkembang optimal. Dengan  gizi dan perawatan yang baik misalnya, si Polan bisa cerdas. Atau dengan  menjaga kesehatan secara baik dan menghindari racun tubuh selagi ibunya  mengandung dia, si Putri dapat memiliki intelegensia baik. Begitu pula dengan  memberikan kondisi psikologis yang mendukung, angka IQ si Tole lebih tinggi  dari teman sebayanya. Gizi, perawatan, dan lingkungan psikologis itulah faktor  lingkungan penentu kecerdasan anak.
Kisah Helen dan Gladys, sepasang  bayi kembar, bisa menjadi salah satu buktinya. Pada usia 18 bulan mereka  dirawat secara terpisah. Helen hidup dan dibesarkan dalam satu keluarga bahagia  dengan lingkungan yang hidup dan dinamis. Sedangkan Gladys dibesarkan di daerah  gersang dalam lingkungan ”miskin” rangsangan intelektual. Ternyata saat  dilakukan pengukuran, Helen memiliki angka IQ 116 dan berhasil meraih gelar  sarjana dalam bidang Bahasa Inggris. Sebaliknya Gladys terpaksa putus sekolah  lantaran sakit-sakitan dan IQ-nya 7 angka di bawah saudara kembarnya.
Gizi dan Perilaku Ibu
Dr. Devlin menemukan bukti bahwa  keadaan dalam kandungan juga sangat berpengaruh pada pembentukan kecerdasan.  ”Ada otak substansial yang tumbuh dalam kandungan”, jelasnya. ”IQ sangat  tergantung pada bobot lahir bayi. Anak kembar, rata-rata memiliki IQ 4 - 7  angka di bawah anak lahir tunggal karena umumnya bayi kembar memiliki bobot  badan lebih kecil”, tambahnya.
Lebih dari 20 tahun terakhir  berbagai penelitian juga mengungkapkan korelasi positif antara gizi, terutama  pada masa pertumbuhan pesat, dengan perkembangan fungsi otak. Ini berlaku sejak  anak masih berbentuk janin dalam rahim ibu. Pada janin terjadi pertumbuhan otak  secara proliferatif (jumlah sel bertambah), artinya terjadi pembelahan sel yang  sangat pesat. Kalau pada masa itu asupan gizi pada ibunya kurang, asupan gizi  pada janin juga kurang. Akibatnya jumlah sel otak menurun, terutama cerebrum  dan cerebellum, diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lipid, dan  enzim. Fungsi neurotransmiternya pun menjadi tidak normal.
Dengan bertambahnya usia janin  atau bayi, bertambah pula bobot otak. Ukuran lingkar kepala juga bertambah.  Karena itu, untuk mengetahui perkembangan otak janin dan bayi berusia kurang  dari setahun dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan mengukur  lingkar kepala janin.
Begitu lahir pun, faktor gizi  masih tetap berpengaruh terhadap otak bayi. Jika kekurangan gizi terjadi  sebelum usia 8 bulan, tidak cuma jumlah sel yang berkurang, ukuran sel juga  mengecil. Saat itu sebenarnya terjadi pertumbuhan hipertropik, yakni  pertambahan besar ukuran sel. Penelitian menunjukkan, bayi yang menderita kekurangan  kalori protein (KKP) berat memiliki bobot otak 15 - 20% lebih ringan  dibandingkan dengan bayi normal. Defisitnya bahkan bisa mencapai 40% bila KKP  berlangsung sejak berwujud janin. Karena itu, anak-anak penderita KKP umumnya  memiliki nilai IQ rendah. Kemampuan abstraktif, verbal, dan mengingat mereka  lebih rendah daripada anak yang mendapatkan gizi baik.
Asupan zat besi (Fe) juga diduga  erat kaitannya dengan kemampuan intelektual. Untuk membuktikannya, Politt  melakukan penelitian terhadap 46 anak berusia 3 - 5 tahun. Hasilnya  menunjukkan, anak dengan defisiensi zat besi ternyata memiliki kemampuan  mengingat dan memusatkan perhatian lebih rendah. Penelitian Sulzer dkk. juga  menunjukkan anak menderita anemia (kurang darah akibat defisiensi zat besi) mempunyai  nilai lebih rendah dalam uji IQ dan kemampuan belajar.
Maka atas dasar hasil penelitian  tadi, kita bisa mengatur makanan anak sejak janin. Ketika anak masih dalam  kandungan, si ibu mesti makan untuk kebutuhan berdua dengan gizi yang baik.  Perilakunya juga mesti dijaga agar tidak memberi pengaruh buruk terhadap janin.  Pasalnya, perilaku ”buruk”ibu hamil, merokok misalnya, ternyata juga menjadikan  IQ anak rendah.
Penelitian David L. Olds et. al.  (1994) dari Departement of Pediatrics, University of Colorado di Denver, AS,  menunjukkan bayi-bayi yang lahir dari ibu perokok memiliki faktor potensial  ber-IQ rendah, seperti bobot lahir rendah, lingkar kepala lebih kecil, lahir  prematur, dan perawatan saat di ICU lebih lama dibandingkan dengan bayi dari  ibu tidak merokok selama hamil. Anak dari ibu perokok selama hamil pada usia 12  - 24 bulan memiliki nilai IQ 2,59 angka lebih rendah, pada 36 - 48 bulan  memiliki nilai IQ 4,35 angka lebih rendah ketimbang IQ anak dari ibu tidak  merokok saat hamil.
Menurut David, asap rokok diduga  akan mengurangi pasokan oksigen yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan  sistem syaraf janin. Nikotin rokok akan membuat saluran utero-plasental  menyempit. Akibatnya, sel-sel otak bayi akan menderita hypoxia atau kekurangan  oksigen. Asap rokok juga akan memicu terjadinya proses carboxy hemoglobin,  yaitu sel-sel darah yang semestinya mengikat oksigen malah mengikat CO dari  asap rokok. Selain itu, asap rokok juga mengandung sekitar 2.000 - 4.000  senyawa kimia beracun yang secara langsung mengganggu dan merusak berbagai  proses tumbuh kembang sel-sel dan sistem syaraf.
Merokok selama hamil juga  berpengaruh pada kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam proses tumbuh  kembang sel otak. Misalnya, kebutuhan zat besi akan meningkat karena harus  memenuhi keperluan pembentukan sel-sel darah yang banyak mengalami kerusakan.  Hal ini akan mengurangi kemampuan dan persediaan zat gizi lainnya, seperti vit.  B-12 dan C, asam folat, seng (Zn), dan asam amino. Zat-zat gizi tsb. dilaporkan  sangat diperlukan dalam proses tumbuh kembang sel-sel otak janin. Jika terjadi  kekurangan zat-zat gizi esensial, proses tumbuh kembang otak tidak optimal,  sehingga nilai IQ pun menjadi lebih rendah.
Setelah lahir, asupan gizi bagi  bayi juga harus dijaga tetap baik. Idealnya, anak mendapatkan ASI secara  eksklusif sampai usia 4 - 6 bulan. Jenis makanan, selain ASI, untuk bayi dan  anak balita sebaiknya dibuat dari bahan makanan pokok (nasi, roti, kentang,  dll.), lauk pauk, bebuahan, air minum, dan susu sebagai sumber protein dan  energi. Jangan lupa, bahan makanan harus diolah sesuai tahap perkembangan dari  lumat, lembek, selanjutnya padat. Secara keseluruhan asupan makanan sehari  harus mengandung 10 - 15% kalori dari protein, 20 - 35 % dari lemak, dan 40 -  60% dari karbohidrat.
Menu seimbang diberikan sesuai  kebutuhan dan tidak berlebihan. Sejak awal balita, jika memungkinkan, anak  diberi susu sebanyak 500 ml. Namun, jika ASI cukup, susu pengganti tidak perlu  diberikan hingga usia dua tahun.
Perhatian juga mesti diberikan  terhadap jadwal pemberian makanan. Makan besar tiga kali (sarapan, makan siang,  dan malam), makan selingan (makan kecil) dua kali yang diberikan di antara dua  waktu makan besar, air minum diberikan setelah makan dan ketika anak merasa  haus, serta susu diberikan dua kali, yakni pagi dan menjelang tidur malam.
Untuk mengetahui kecukupan gizi  pada anak ada dua cara yang bisa digunakan. Pertama cara subjektif, yakni  mengamati respon anak terhadap pemberian makanan. Makanan dinilai cukup jika  anak tampak puas, tidur nyenyak, aktifitas baik, lincah, dan gembira. Anak  cukup gizi biasanya tidak pucat, tidak lembek, dan tidak ada tanda-tanda  gangguan kesehatan.
Cara kedua adalah dengan  pemantauan pertumbuhan secara berkala. Cara ini dilakukan dengan mengukur bobot  dan tinggi anak, dilengkapi dengan mengukur lingkar kepala pada anak sampai  usia 3 tahun. Hasil pengukuran dibandingkan dengan data baku untuk anak sebaya.  Jika ditemukan tanda-tanda kurang sehat, seperti pucat atau rambut tipis dan  kemerahan, anak perlu diperiksa secara medis. Ada baiknya juga dilakukan  pemeriksaan psikologis, terutama bila ada kemunduran prestasi belajar.
Tempat Tinggal dan Cerita
Selain faktor gizi dan perawatan,  apa yang dilihat, didengar, dan dipelajari anak, sejak dalam kandungan sampai  usia lima tahun, sangat menentukan intelegensia dasar untuk masa dewasanya  kelak. Setelah usianya melewati lima tahun, secara potensial IQ-nya telah  tetap. Dengan begitu, masa itulah merupakan kesempatan emas bagi kita untuk  memacu tingkat kecerdasan anak.
Menurut Jean Piaget, psikolog  dari Swis, semakin banyak hal baru yang dilihat dan didengar, si anak akan  semakin ingin melihat dan mendengar segala sesuatu yang ada dan terjadi di  lingkungannya. Karenanya disarankan agar orang tua memperkaya lingkungan tempat  tinggal (kamar tidur atau kamar bermain) bayi dengan warna dan bunyi-bunyian  yang merangsang. Umpamanya, gambar-gambar binatang atau bunga, musik, kicauan  burung, dsb. Semuanya mesti tidak menimbulkan ketakutan dan kegaduhan pada  anak.
Para pakar juga yakin lingkungan  verbal bagi anak juga tak kalah pentingnya. Bahasa yang didengarkan anak bisa  meningkatkan atau menghambat kemampuan dasar berpikirnya. Penelitian hal ini  dilakukan psikolog Rusia. Ia membayar para ibu keluarga miskin untuk membacakan  cerita dengan suara keras untuk bayi mereka masing-masing selama 15 - 20 menit  setiap hari. Menjelang berusia 1,5 tahun, bayi menjalani pengukuran. Hasilnya,  bayi-bayi itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik ketimbang bayi-bayi  seusianya di daerah yang sama.
Penelitian lain dilakukan di  sebuah sekolah perawat di New York, AS, terhadap dua kelompok anak usia tiga  tahun. Masing-masing anak diperlakukan secara berbeda. Kelompok pertama diberi  pelajaran berbahasa selama 15 menit setiap hari. Kelompok kedua diberi  perhatian khusus juga selama 15 menit tanpa pelajaran bahasa. Setelah 4 bulan  ternyata kelompok pertama mendapatkan kenaikan intelegensia rata-rata sebesar  14 angka. Sedangkan kelompok kedua kenaikan rata-ratanya cuma 2 angka.
Nah, untuk mendapatkan anak cerdas ternyata  gampang. Cuma dengan memberi makanan sehat, perawatan baik, dan lingkungan  psikologis yang mendukung sejak dalam kandung hingga usia lima tahun, besar  kemungkinan harapan kita akan tercapai.

Selengkapnya >>>