Tampilkan postingan dengan label Artikel PAUD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel PAUD. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 April 2013

Yuuuk..Menabung Yuuuk,,,




Nusariadi, S.P (BAKTI BUNDA TANJUNGPINANG)
Rencanakan keuangan untuk keluarga Anda sejak dini hal demikian merupakan satu bentuk rancangan masa depan yang terencana sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Menabung yaitu menyisihkan sisa uang yang kita miliki sesuai dengan keinginan dan ukuran yang kita punya untuk dilakukan pada waktu tertentu. Menabung harus diajarkan sejak Dini kepada Anak-anak ataupun putra putri kita, hal demikian merupakan pembelajaran yang memiliki manfaat yang besar apabila nanti mereka kelak memerlukan hasil dari apa yang telah mereka sisihkan/tabungkan. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) BAKTI BUNDA TANJUNGPINANG telah melakukan kerjasama dalam acara Sosialisasi tentang Tabungan Anak (TAPENAS) Bersama dengan Bank Negara Indonesia (BNI) Tanjungpinang Timur. Adapun Beberapa Hal yang dapat dijadikan rekomendasi kita adalah :



MANFAAT

  • Kepastian dana untuk tujuan di masa depan
  • Meningkatkan kedisiplinan dalam menabung.
  • Mendapatkan manfaat asuransi bebas premi
  • Sarana investasi dengan mendapat bunga lebih tinggi dibandingkan Tabungan biasa

KEUNGGULAN
  • Bebas menentukan jangka waktu (2 tahun s.d 18 tahun)
  • Bebas menentukan setoran bulanan mulai Rp. 100.000,- sd Rp. 5.000.000 (kelipatan Rp 50.000,-)
  • Bebas menambah dana diluar setoran bulanan (setoran tambahan) dengan menyetor langsung ke rekening
  • Seorang nasabah dapat membuka lebih dari satu rekening Tapenas BNI untuk lebih dari satu calon penerima manfaat
  • Jaminan asuransi jiwa otomatis dengan Uang Pertanggungan hingga Rp 6 Milyar per Nasabah diberikan secara cuma-cuma tanpa harus membayar premi (premi atas beban Bank) dan tanpa pemeriksaan kesehatan
  • Ada pilihan asuransi tambahan  (tanpa pemeriksaan kesehatan) dengan manfaat asuransi yang lebih besar yang terdiri dari asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
  • Manfaat asuransi akan tetap diberikan kepada nasabah walaupun nasabah memiliki pertanggungan asuransi sejenis pada lembaga asuransi lain
  • Pilihan Pembayaran klaim asuransi yang fleksibel yaitu setoran bulanan dilanjutkan s.d jatuh tempo atau akumulasi setoran bulanan dibayarkan sekaligus dimuka (lump sum)

PERSYARATAN
  • Warga Negara Indonesia (WNI)
  • Usia minimal 17 tahun atau 65 tahun saat jatuh tempo
  • Memiliki identitas diri (KTP/SIM/Paspor)
  • Memiliki rekening Taplus, Taplus Bisnis, atau Giro Perorangan Rupiah sebagai rekening afiliasi
  • Mengisi formulir aplikasi TAPENAS & Pilihan Pembayaran Klaim Asuransi

PENYETORAN DANA
  • Penyetoran dapat berupa: setoran tunai, pemindahbukuan atau kliring.
  • Setoran dilakukan dengan dengan cara mendebet rekening yang ditunjuk (Taplus, Taplus Bisnis atau Giro Perorangan Rupiah) setiap bulan secara tetap, sehingga nasabah tidak perlu datang setiap bulan untuk menyetor

PENARIKAN DANA
  • Penarikan hanya bisa dilakukan terhadap nominal setoran tambahan saja. Dana setoran tetap bulanan berikut hasil pengembangannya tidak bisa ditarik hingga jangka waktu Tapenas berakhir.
  • Penarikan setoran tambahan bisa dilakukan utuh atau sebagian sebesar total setoran tambahan
  • Pada saat jatuh tempo, akumulasi dana dan pengembangannya secara otomatis akan ditransfer ke rekening afiliasi nasabah (Taplus, Taplus Bisnis, Giro Perorangan) sehingga nasabah tidak perlu datang ke cabang pada saat jatuh tempo.

Selengkapnya >>>

Minggu, 25 November 2012

Keluarga, Kunci Sukses Tumbuh Kembang Anak

JAKARTA, KOMPAS.com - Sadarkah bahwa peran orangtua dan dukungan keluarga merupakan hal penting yang mempengaruhi tumbuh kembang dan suksesnya pendidikan seorang anak? Untuk itu, orangtua dan keluarga sebaiknya tidak tinggal diam dengan anak-anak dan proses pendidikan yang dijalaninya.

Wakil Kepala Sekolah Sekolah Kembang Lestia Primayanti mengatakan, pendidikan tidak akan berjalan baik tanpa adanya dukungan dari keluarga. Untuk itu, program Math and Science Fair yang digelar selalu melibatkan orangtua dan keluarga.

"Dengan ini, kami berusaha melibatkan keluarga sebagai bagian dari lingkungan belajar anak. Karena dari sekolah saja kan tidak cukup," kata Tia saat dijumpai di Sekolah Kembang, Kemang, Jakarta, Sabtu (24/11/2012).

Dari persiapan eksperimen hingga saat pameran, orangtua dan keluarga terus terlibat dan bekerja sama bersama para murid. Hal ini tampak saat pameran berlangsung. orangtua atau kakak dari siswa juga ikut mendampingi dan menjawab pertanyaan seputar percobaan yang dilakukan.

"Itu kenapa kami pilih saat akhir pekan, karena keluarga juga dapat menghabiskan waktu bersama," ungkap Tia.

Komarawati, nenek dari Zavi, siswa kelas tiga Sekolah Kembang menyambut baik acara tersebut. Menurutnya, kegiatan seperti ini cukup baik karena anak-anak tak segan berkonsultasi dan keluarga juga tak berusaha menggurui agar kerja sama yang terjalin tetap baik.

"Yang ada jadi saling bantu membantu. Mereka punya ide. orangtua menyediakan fasilitas dan membantu lancarnya proyek anak-anak ini," ungkap Komarawati.

Ia juga mengapresiasi ide untuk melibatkan orangtua dan keluarga dalam menyelesaikan sebuah tugas sekolah siswa. Sebab, anak-anak ini sudah akrab dengan internet dan berbagai fasilitas yang ada untuk mencari tahu informasi agar tugas sekolahnya rampung.

"Anak-anak ini akrab sekali dengan teknologi. Kadang pinteran anaknya daripada orangtuanya. Dengan kegiatan seperti ini, orangtua jadi ikut mengawasi kegiatan anak selama berinternet. Karena jika dibiarkan bisa salah langkah juga," tandasnya.
 
Editor :
Ana Shofiana Syatiri

Selengkapnya >>>

Senin, 19 November 2012

Merangsang Kecintaan Anak pada Alam Lewat Buku

JAKARTA, KOMPAS.com - Meningkatkan minat baca sekaligus memperkenalkan lingkungan hidup akan lebih mudah bila dimulai dengan menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap buku terlebih dahulu. Penanggung Jawab Pekan Buku Dyah Ayu Pitaloka mengatakan, dengan menggelar pameran buku anak-anak, siswa bisa belajar mencintai lingkungan.

Kecintaan pada buku dan lingkungan dikembangkan pula melalui pesta kostum karakter dari buku-buku Indonesia. Anak-anak diajak untuk menggali kekayaan isi buku sambil bermain dengan kostum karakter-karakter yang ada di dalamnya, mulai dari Wiro Sableng, Jaka Tarub, sampai Malin Kundang.

Buku anak yang mengandung pesan moral untuk mencintai lingkungan sekitar dan mengangkat wawasan kekayaan alam, akan memberi masukan yang baik soal penanaman karakter anak.

"Buku bacaan menarik seperti buku cerita anak yang membahas binatang, tanaman dan pemandangan alam, tersirat ada pesan bahwa mereka harus melindunginya, terlibat, dan interaksi dengan bumi. Kegiatan tur edukasi tadi misalnya, membuat anak-anak mau bergerak, membaca buku, menghafal lagu, dan mereka menanam pohon," katanya kepada Kompas.com usai mengikuti kegiatan tur, Kamis (8/11/2012) siang.

Menurut Dyah, pengetahuan yang diperoleh anak dari buku diperdalam melalui rangkaian kegiatan Tur Edukasi Bumiku Lestari. Tur yang digawangi oleh penyanyi Oppie Andaresta ini kaya akan pesan-pesan yang disampaikan melalui lagu, musik dan kegiatan langsung, seperti daur ulang. Anak-anak berkebutuhan khusus di SD Global Mandiri juga dilibatkan untuk bernyanyi.

"Dalam seminggu, mereka sudah hafal lagunya. Selain dari membaca buku Bumiku Lestari dari WWF, mereka juga setiap harinya mendengar Radio Top Primary, radio sekolah ini. Jadi semakin sering membaca dan mendengar, anak-anak bisa melakukan itu," ucapnya.

Para siswa kelas I-VI juga diajak untuk melakukan aksi menanam pohon. Ada 12 pohon yang ditanam pada hari itu oleh para siswa yang mewakili masing-masing kelas. Setelah itu, para siswa kelas IV, V dan VI melakukan kegiatan daur ulang dari kertas koran menjadi paper bag, membuat pigura dari kardus bekas, serta tempat pensil dari botol bekas.

Selanjutnya para siswa juga diajak menonton film tentang hewan yang hampir langka dan butuh dilindungi bersama. Film orangutan dari Kalimantan membuat anak-anak sadar bahwa ada satawa di muka bumi yang harus dilindungi dari ancaman kepunahan.

Selengkapnya >>>

Selasa, 30 Oktober 2012

Hari Raya Idul Qurban

Setiap tahun kita merayakan hari Raya Idul Qurban atau biasa disebut hari Raya Idul Adha. Memaknai hari raya Idul Qurban tidaklah seperti pelaksanaan hari raya Idul Fitri yang terasa sangat meriah, saudara yang merantau berlomba-lomba untuk pulang kampung halamannya masing-masing (mudik) tapi dilebaran Idul Adha tidak terjadi demikian semua sanak saudara sebaliknya tidak berusaha untuk pulang kampung. Namun demikian ada yang sangat istimewa dalam pelaksanaan hari Raya Idul Qurban yaitu sesuai dengan sejarah islam tentang NABI IBRAHIM DAN NABI ISMAIL. Nabi Ibrahim dengan ikhlas dalam bentuk pengabdian kepada Allah diperintahkan untuk memotong leher Nabi Ismail putra satu-satunya yang sangat dicintai yang akhirnya diganti dengan seekor gibas, dari persistiwa itulah sehingga adanya pemotongan Hewan Qurban (sapi/kambing) disetiap perayaan Hari Raya Idul Adha bagi umat islam. SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1433 H/2012 M (Nusariadi, S.P)

Selengkapnya >>>

Senin, 17 September 2012

2013, Pemerintah Bakal Prioritaskan PAUD

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menjanjikan program pendidikan bagi 1,35 juta anak usia dini menjadi salah satu prioritas dalam kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun yang akan datang. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh, dalam rapat kerja bersama anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Senin (10/9/2012), mengatakan, hal ini dilakukan karena jumlah anak berusia 3-6 tahun di Indonesia akan mencapai angka 40 juta anak.

Nuh menegaskan, Kemendikbud akan meningkatkan perhatian pada lembaga Pendidikak Anak Usia Dini (PAUD) dengan menyediakan dana Bantuan Operasional dan Perawatan (BOP) bagi 45 ribu lembaga PAUD yang ada.

"Tidak hanya bantuan operasional, Kementrian juga akan membangun lagi 50 unit PAUD terpadu dan merehabilitasi 100 lembaga PAUD yang dilaporkan dalam keadaan tidak baik," paparnya.

Nuh juga menambahkan pihaknya akan menyalurkan bantuan pada 13 ribu lembaga PAUD rintisan. Selain itu, bantuan juga diberikan untuk pendirian 260 ruang kelas baru PAUD, pemberian alat peraga edukasi bagi 2 ribu lembaga PAUD yang terdaftar, dan penguatan sarana kelembagaan bagi 16 ribu PAUD tersebut.

Pendidikan nonformal
Dalam pembahasan ini, anggota DPR komisi X Venna Melinda juga menyinggung anggaran PAUD senilai 2,8 Miliar juga harus mencakup pendidikan nonformal yang saat ini harus lebih diperhatikan lagi.

"Pendidikan non formal sekarang sedang marak dilaksanakan komunitas-komunitas yang belum atau tidak punya badan hukum. Sekolah anak jalanan, juga tolong diperhatikan karena miris sekali melihat kondisi mereka," kata mantan putri Indonesia itu.

Selama ini Venna mengamati komunitas pendidikan nonformal justru konsisten dalam menangani pendidikan di masyarakat.

"Beberapa kali saya pernah berkunjung ke sekolah sampah Bantar Gebang, komunitas sekolah Terminal Hujan Bogor, yang kadang berpindah-pindah tempat karena kehujanan itu sesuai namanya," ungkapnya.

"Paling baru Sekolah Darurat Kartini, sekolah ini juga sering berpindah-pindah tempat. Bagaimana punya badan hukum, kalau tempat aja masih belum tetap. Sebab, mereka punya hak untuk itu," tambahnya kemudian.

Selengkapnya >>>

Sabtu, 15 September 2012

Misteri Dibalik Nilai Anak Yang Hancur

Kenapa seorang anak ketika belajar di rumah bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah juga bisa, bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga bisa, meskipun soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba nilainya jelek. Nah apakah anda pernah punya masalah seperti ini? Anda yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah seperti ini. Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak anda yang tadi malam belajar sudah bisa semua, tapi ketika ulangan ternyata ulangannya dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali mungkin anda bisa memakluminya, tapi jika ini terjadi berulang kali, anda pasti mulai jengkel pada anak anda. Bahkan bisa jadi anda frustasi dan kemudian malah mengeluarkan kata-kata negatif.
Nah apakah yang terjadi dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa sewaktu mengerjakan soal di rumah dan kemudian gagal waktu dia ulangan. Untuk hal-hal yang sama dan itu berulang kali, maka ada tiga hal yang perlu anda waspadai:
1. Anda perlu curiga bahwa anak ini mengalami kecemasan yang tersembunyi
Anda pasti bertanya nggak mungkin? dia cemas dari mana….kenapa koq dia cemas?
Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh banyak faktor. Ya, jadi bisa jadi tuntutan yang terlalu tinggi dari kita orang tua atau mungkin bahkan dari gurunya. Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kwalitas optimalnya. Sehingga ketika ulangan,yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak bisa memenuhi tutuntan dari si orang tua. Atau tuntutan dari gurunya mungkin. Nah anda tahu, Ketika kita itu cemas maka kita tidak bisa berpikir secara jernih.Anda tentu pernah mengalaminya bukan? ketika anda sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas karena tuntutan kita yang terlalu tinggi,atau keharusan untuk menguasai sesuatu.
Ketika mereka merasa tidak mampu,kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba “blank”, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah anda pada saat dulu anda kuliah? Mungkin masih SMA bahkan? Ketika kita ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah belajar, hal tersebut. Nah ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi anda harus mengumpulkan,dan waktunya habis. Oke, makin kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa. Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita. “ahh..” kenapa tidak dari tadi munculnya, anda pasti menggerutu pada diri anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan?
Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan – tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya. Ya,kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tapi begitu nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka. “Kenapa sih nilai kamu koq jelek?” Jarang sekali ada orang tua yang mengatakan, “oh iya saya bisa memahami kamu na, Apa yang mama/papa bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi”. Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin nilainya jelek tentunya. Tapi kenyataan yang dihadapi lain.
Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti. Di lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa, “aduh kalau saya jelek lagi saya pasti dimarahi lagi”, “saya pasti mengecewakan mama saya”. Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan pada mamanya saya takut ma, “kenapa takut?” Tanya mamanya. “saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek”. Dan ini dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD. Nah,dari kejadian tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “mama nga masalah dengan nilai mu”. Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai orang tua hanya mengatakan, “nggak.. nilai berapapun saya nggak masalah koq”. Tapi ternyata itu hanya di mulut saja. kenyataannya si anak merasakan hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.
Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat sebenernya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah bisa atau belum.Berbahagialah ketika nilai anak anda jelek. Karena apa? sekarang anda tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau bodoh.
2. Sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang pernah di terima seorang anak bisa di rumah, bisa di sekolah.
Misalnya, ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita marah-marahin dia, bahkan mungkin di hukum. Suruh berdiri di pojok, nggak boleh makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu. Nah ketika dia menerima perlakuan itu,maka perlakuan itu akan membekas di memorinya. Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan maka yang dia liat di lembar soalnya bukan soal yang harus dibaca, tetapi wajah orang tuanya yang sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam pikirannya. Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orang tua yang sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang memalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang dan akhirnya ulangannya jelek.
Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya anda perlu segera minta maaf pada anak anda. Anda cukup mengatakan, “tempo hari waktu ulangan kamu jelek,dan kemudian papa atau mama marah sama kamu saat itu perasaan kamu bagaimana?” apapun yang di jawab oleh anak anda terima apa adanya. Misalkan dia menjawab, Saya takutlah, saya merasa ini itu apapun itu anda tinggal ngomong “Oke Maaf, papa mungkin saat itu keceplosan ngomong. Atau mungkin saat itu mama lepas control sehingga memarahi kamu terlalu dalam. Tapi sebenernya maksud mama sangat baik. Kamu mau nggak maafin mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya sama-sama dan kamu boleh tanya sama mama bagaimana supaya jadi nilainya baik. Kamu pasti kepengen nilai kamu juga baik juga kan?” Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak. Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih saying dan untuk di terima apa adanya.
3. Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkualitas.
Mungkin anda bertanya, “ah mana mungkin saya tidak memperhatikan anak saya”. Betul,saya percaya dan yakin bahwa setiap orang tua pasti memperhatikan anaknya.Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan perhatian di sini adalah perhatian yang berkuwalitas. Dalam arti kita memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan Cuma memperhatikan tugas-tugas yang dia harus slesaikan. Kebanyakan dari kita hanya memperhatikan tugas –tugas yang harus di selesaikan oleh seorang anak. Kita hanya memperhatikan kamu sudah ngerjakan PR belum? kamu sudah belajar belum? pensil kamu sudah diraut belum? Besok kalau ulangan kamu sudah siapkan pensil atau bolpointnya? Buku kamu sudah kamu siapin belum? kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan aspek-aspek perasaan dari si anak.
Padahal yang jauh lebih dibutuhkanseorang anak adalah perhatian akan perasaan-perasaannya sehingga dia bener-bener di terima secara utuh oleh orang tuanya. Anda bisa memberikan perhatian berkuwalitas ini dengan lebih baik, dengan cara membaca artikel saya yang berjudul “Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak”. Itu adalah salah satu cara terbaik untuk memberikan perhatian berkualitas pada anak Anda.


Sumber: www.pendidikankarakter.com

Selengkapnya >>>

Kreativitas dan Dunia Anak

Kreativitas didefinisikan dan dimaknai dengan berbagai sudut pandang. Secara bahasa, Michaelis (1980) mengartikan kreativitas sebagai sesuatu yang baru atau original. Michaelis menambahkan bahwa sekaitan dengan dunia anak, hal yang baru atau original tersebut mengandung makna interpretasi. Jadi baru di sini adalah sesuatu sebagai hasil dari hubungan sintesis ide-ide original yang sudah ada, hipotesis yang baru atau cara baru dalam melakukan sesuatu.hubungan dari sintesis dan ekspresi. Jadi baru bukan benar-benar baru tapi merupakan hasil dari kemampuan dalam menyusun kembali sesuatu yang telah ada untuk tujuan tertentu. Seperti yang dinyatakan Lowenfield (1956):

This ability to rearrange and redefine materials for new purposes is an important aspect of any creative process. In fact, it is the nature of experimentation with materials to use them in an new way or rearrange them in new combination.

Jadi, ketika kita berbicara kreativitas dan anak, maka kita berbicara bagaimana memberikan materi-materi pengetahuan pada anak sehingga input pengetahuannya banyak dan akhirnya dia bisa mensintesis dari pengetahuan-pengetahuan tersebut hal-hal yang baru atau orisinil. Tapi pentu saja selain input berbagai pengetahuan yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan kesempatan pada anak untuk melahiran hal yang orisinil tersebut.

Kreativitas menyangkut berbagai segi. Ditinjau dari segi kepribadian, kreativitas merujuk pada potensi atau daya kreatif yang ada pada setiap pribadi, anak maupun orang dewasa. Pada dasarnya, setiap orang memiliki bakat kreatif dengan derajat dan bidang yang berbeda-beda. Kita perlu mengenal bakat kreatif pada anak untuk dapat mengembangkan kreativitas anak. Setelah itu, kita pun harus menghargainya dan memberi kesempatan serta dorongan untuk mewujudkannya.

Jika ditinjau sebagai suatu proses, kreativitas dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk pemikiran dimana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan yang baru untuk mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah. Pada anak yang masih dalam proses pertumbuhan, kreativitas hendaknya mendapat perhatian dalam hal proses, bukan produk dari kreativitas itu sendiri.

Ada 3 ciri dominan anak kreatif, yakni spontan, memiliki rasa ingin tahu dan tertarik pada hal-hal yang baru. Ketiga ciri-ciri tersebut terdapat pada diri anak, artinya pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan dasar kreativitas sejak dini. Pada usia selanjutnya kreativitas anak dapat berkembang optimal atau dapat tertekan atau terhambat tergantung berbagai hal, seperti gizi, kesehatan, pengasuhan, serta lingkungan sekitar. Kewajiban orang tua sebenarnya adalah mempertahankan agar anak tetap kreatif

Orang kreatif menyukai tantangan dan yakin bahwa setiap permasalahan memiliki solusi. Orang kreatif juga sudah biasa terbuka terhadap ide baru dan berani mengambil resiko atas ide barunya tersebut meskipun tidak mendapat respon dari lingkungannya. Ciri-ciri orang kreatif antara lain:
Ia bisa memberi banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yang Anda berikan.
Ia mampu memberi jawaban bervariasi, dapat melihat suatu masalah dalam berbagai sudut pandang.
Ia dapat memberi jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban baru biasanya tidak lazim atau kadang tak terpikirkan orang lain.
Ia mampu menggabungkan atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci sampai hal-hal kecil sebagaimana aslinya.

Agar kreativitas dapat berkembang, diperlukan dorongan atau pendorong dari dalam sendiri dan dari luar. Pendorong yang datangnya dari diri sendiri, berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi, sedangkan yang dari luar misalnya keluarga, sekolah dan lingkungan.

Dalam lingkungan keluarga, pendidikan orang tua terhadap anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas anak. Anak yang memiliki bakat tertentu, jika tidak diberikan rangsangan-rangsangan atau motivasi dari orang tua dan lingkungannya, tidak akan mampu memelihara, apalagi mengembangkan bakatnya.

Keluarga adalah lingkungan yang paling banyak mempengaruhi kondisi psikologis dan spiritual anak. Di Jepang, misalnya, karena Jepang sangat memperhatikan pengembangan kreativitas anak melalui kebebasan dan pemupukan kepercayaan diri, kebangkitan kreativitas anak-anak di Jepang mengungguli anak-anak di Amerika dan Eropa (Awwad, 1995). Tapi kondisi tersebut sangat berbeda di Indonesia. Suatu penelitian di Jakarta tentang sikap orang tua dalam pendidikan anak menyimpulkan bahwa orang tua kurang menghargai perkembangan dari ciri-ciri inisiatif, kemandirian dan kebebasan yang erat hubungannya dengan pengembangan kreativitas dan lebih mementingakan ciri-ciri kerajinan, disiplin dan kepatuhan.

Setelah keluarga, lingkungan selanjutnya yang bisa mempengaruhi kreativitas anak adalah sekolah. Menurut pengamat pendidikan Islam Drs. Asep Sujana, anak-anak di masa sekolahnya dulu sudah dikondisikan untuk mengeluarkan daya kreativitasnya seperti melalui mata pelajaran prakarya atau hastakarya dengan membuat beberapa perhiasan, barang cendera mata, atau peralatan rumah tangga dari barang-barang yang ada di lingkungan rumah dan sekolah. Tapi sekarang situasi di sekolah tidak memunginkan anak untuk kreatif. Berdasarkan sebuah penelitian, di sekolah ditemukan kurang lebih 40 % anak berbakat tidak mampu berprestasi setara dengan kapasitas yang sebenarnya dimiliki (Achir,1990). Akibatnya, sekalipun berkemampuan tinggi, banyak anak berbakat tergolong kurang berprestasi.

Selengkapnya >>>

Jumat, 14 September 2012

Mencetak Anak Cerdas

Anak cerdas tentu dambaan setiap  orang, sebab kecerdasan merupakan modal tak ternilai bagi si anak untuk  mengarungi kehidupan di hadapannya. Beruntung kecerdasan yang baik ternyata  bukan harga mati, melainkan dapat diupayakan.
Dr. Bernard Devlin dari Fakultas  Kedokteran Universitas Pittsburg, AS, memperkirakan faktor genetik cuma  memiliki peranan sebesar 48% dalam membentuk IQ anak. Sisanya adalah faktor  lingkungan, termasuk ketika si anak masih dalam kandungan.
Untuk menjelaskan peran genetika  dalam pembentukan IQ anak, seorang pakar lain di bidang genetika dan psikologi  dari Universitas Minnesota, juga di AS, bernama Matt McGue, mencontohkan, pada  keluarga kerajaan yang memiliki gen elit, keturunannya belum tentu akan memiliki  gen elit. ”Keluarga bangsawan yang memiliki IQ tinggi umumnya hanya sampai  generasi kedua atau ketiga. Generasi berikutnya belum diketahui secara pasti,  karena mungkin saja hilang, meski dapat muncul kembali pada generasi kedelapan  atau berikutnya”, ungkap McGue. ”Orang tua yang memiliki IQ tinggi pun bukan  jaminan dapat menghasilkan anak ber-IQ tinggi pula.” Ini menunjukkan genetika  bukan satu-satunya faktor penentu tingkat kecerdasan anak.
Faktor lingkungan, dalam banyak  hal, justru memberi andil besar dalam kecerdasan seorang anak. Yang dimaksud  tak lain adalah upaya memberi ”iklim” tumbuh kembang sebaik mungkin sejak si  anak masih dalam kandungan agar kecerdasannya dapat berkembang optimal. Dengan  gizi dan perawatan yang baik misalnya, si Polan bisa cerdas. Atau dengan  menjaga kesehatan secara baik dan menghindari racun tubuh selagi ibunya  mengandung dia, si Putri dapat memiliki intelegensia baik. Begitu pula dengan  memberikan kondisi psikologis yang mendukung, angka IQ si Tole lebih tinggi  dari teman sebayanya. Gizi, perawatan, dan lingkungan psikologis itulah faktor  lingkungan penentu kecerdasan anak.
Kisah Helen dan Gladys, sepasang  bayi kembar, bisa menjadi salah satu buktinya. Pada usia 18 bulan mereka  dirawat secara terpisah. Helen hidup dan dibesarkan dalam satu keluarga bahagia  dengan lingkungan yang hidup dan dinamis. Sedangkan Gladys dibesarkan di daerah  gersang dalam lingkungan ”miskin” rangsangan intelektual. Ternyata saat  dilakukan pengukuran, Helen memiliki angka IQ 116 dan berhasil meraih gelar  sarjana dalam bidang Bahasa Inggris. Sebaliknya Gladys terpaksa putus sekolah  lantaran sakit-sakitan dan IQ-nya 7 angka di bawah saudara kembarnya.
Gizi dan Perilaku Ibu
Dr. Devlin menemukan bukti bahwa  keadaan dalam kandungan juga sangat berpengaruh pada pembentukan kecerdasan.  ”Ada otak substansial yang tumbuh dalam kandungan”, jelasnya. ”IQ sangat  tergantung pada bobot lahir bayi. Anak kembar, rata-rata memiliki IQ 4 - 7  angka di bawah anak lahir tunggal karena umumnya bayi kembar memiliki bobot  badan lebih kecil”, tambahnya.
Lebih dari 20 tahun terakhir  berbagai penelitian juga mengungkapkan korelasi positif antara gizi, terutama  pada masa pertumbuhan pesat, dengan perkembangan fungsi otak. Ini berlaku sejak  anak masih berbentuk janin dalam rahim ibu. Pada janin terjadi pertumbuhan otak  secara proliferatif (jumlah sel bertambah), artinya terjadi pembelahan sel yang  sangat pesat. Kalau pada masa itu asupan gizi pada ibunya kurang, asupan gizi  pada janin juga kurang. Akibatnya jumlah sel otak menurun, terutama cerebrum  dan cerebellum, diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lipid, dan  enzim. Fungsi neurotransmiternya pun menjadi tidak normal.
Dengan bertambahnya usia janin  atau bayi, bertambah pula bobot otak. Ukuran lingkar kepala juga bertambah.  Karena itu, untuk mengetahui perkembangan otak janin dan bayi berusia kurang  dari setahun dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan mengukur  lingkar kepala janin.
Begitu lahir pun, faktor gizi  masih tetap berpengaruh terhadap otak bayi. Jika kekurangan gizi terjadi  sebelum usia 8 bulan, tidak cuma jumlah sel yang berkurang, ukuran sel juga  mengecil. Saat itu sebenarnya terjadi pertumbuhan hipertropik, yakni  pertambahan besar ukuran sel. Penelitian menunjukkan, bayi yang menderita kekurangan  kalori protein (KKP) berat memiliki bobot otak 15 - 20% lebih ringan  dibandingkan dengan bayi normal. Defisitnya bahkan bisa mencapai 40% bila KKP  berlangsung sejak berwujud janin. Karena itu, anak-anak penderita KKP umumnya  memiliki nilai IQ rendah. Kemampuan abstraktif, verbal, dan mengingat mereka  lebih rendah daripada anak yang mendapatkan gizi baik.
Asupan zat besi (Fe) juga diduga  erat kaitannya dengan kemampuan intelektual. Untuk membuktikannya, Politt  melakukan penelitian terhadap 46 anak berusia 3 - 5 tahun. Hasilnya  menunjukkan, anak dengan defisiensi zat besi ternyata memiliki kemampuan  mengingat dan memusatkan perhatian lebih rendah. Penelitian Sulzer dkk. juga  menunjukkan anak menderita anemia (kurang darah akibat defisiensi zat besi) mempunyai  nilai lebih rendah dalam uji IQ dan kemampuan belajar.
Maka atas dasar hasil penelitian  tadi, kita bisa mengatur makanan anak sejak janin. Ketika anak masih dalam  kandungan, si ibu mesti makan untuk kebutuhan berdua dengan gizi yang baik.  Perilakunya juga mesti dijaga agar tidak memberi pengaruh buruk terhadap janin.  Pasalnya, perilaku ”buruk”ibu hamil, merokok misalnya, ternyata juga menjadikan  IQ anak rendah.
Penelitian David L. Olds et. al.  (1994) dari Departement of Pediatrics, University of Colorado di Denver, AS,  menunjukkan bayi-bayi yang lahir dari ibu perokok memiliki faktor potensial  ber-IQ rendah, seperti bobot lahir rendah, lingkar kepala lebih kecil, lahir  prematur, dan perawatan saat di ICU lebih lama dibandingkan dengan bayi dari  ibu tidak merokok selama hamil. Anak dari ibu perokok selama hamil pada usia 12  - 24 bulan memiliki nilai IQ 2,59 angka lebih rendah, pada 36 - 48 bulan  memiliki nilai IQ 4,35 angka lebih rendah ketimbang IQ anak dari ibu tidak  merokok saat hamil.
Menurut David, asap rokok diduga  akan mengurangi pasokan oksigen yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan  sistem syaraf janin. Nikotin rokok akan membuat saluran utero-plasental  menyempit. Akibatnya, sel-sel otak bayi akan menderita hypoxia atau kekurangan  oksigen. Asap rokok juga akan memicu terjadinya proses carboxy hemoglobin,  yaitu sel-sel darah yang semestinya mengikat oksigen malah mengikat CO dari  asap rokok. Selain itu, asap rokok juga mengandung sekitar 2.000 - 4.000  senyawa kimia beracun yang secara langsung mengganggu dan merusak berbagai  proses tumbuh kembang sel-sel dan sistem syaraf.
Merokok selama hamil juga  berpengaruh pada kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam proses tumbuh  kembang sel otak. Misalnya, kebutuhan zat besi akan meningkat karena harus  memenuhi keperluan pembentukan sel-sel darah yang banyak mengalami kerusakan.  Hal ini akan mengurangi kemampuan dan persediaan zat gizi lainnya, seperti vit.  B-12 dan C, asam folat, seng (Zn), dan asam amino. Zat-zat gizi tsb. dilaporkan  sangat diperlukan dalam proses tumbuh kembang sel-sel otak janin. Jika terjadi  kekurangan zat-zat gizi esensial, proses tumbuh kembang otak tidak optimal,  sehingga nilai IQ pun menjadi lebih rendah.
Setelah lahir, asupan gizi bagi  bayi juga harus dijaga tetap baik. Idealnya, anak mendapatkan ASI secara  eksklusif sampai usia 4 - 6 bulan. Jenis makanan, selain ASI, untuk bayi dan  anak balita sebaiknya dibuat dari bahan makanan pokok (nasi, roti, kentang,  dll.), lauk pauk, bebuahan, air minum, dan susu sebagai sumber protein dan  energi. Jangan lupa, bahan makanan harus diolah sesuai tahap perkembangan dari  lumat, lembek, selanjutnya padat. Secara keseluruhan asupan makanan sehari  harus mengandung 10 - 15% kalori dari protein, 20 - 35 % dari lemak, dan 40 -  60% dari karbohidrat.
Menu seimbang diberikan sesuai  kebutuhan dan tidak berlebihan. Sejak awal balita, jika memungkinkan, anak  diberi susu sebanyak 500 ml. Namun, jika ASI cukup, susu pengganti tidak perlu  diberikan hingga usia dua tahun.
Perhatian juga mesti diberikan  terhadap jadwal pemberian makanan. Makan besar tiga kali (sarapan, makan siang,  dan malam), makan selingan (makan kecil) dua kali yang diberikan di antara dua  waktu makan besar, air minum diberikan setelah makan dan ketika anak merasa  haus, serta susu diberikan dua kali, yakni pagi dan menjelang tidur malam.
Untuk mengetahui kecukupan gizi  pada anak ada dua cara yang bisa digunakan. Pertama cara subjektif, yakni  mengamati respon anak terhadap pemberian makanan. Makanan dinilai cukup jika  anak tampak puas, tidur nyenyak, aktifitas baik, lincah, dan gembira. Anak  cukup gizi biasanya tidak pucat, tidak lembek, dan tidak ada tanda-tanda  gangguan kesehatan.
Cara kedua adalah dengan  pemantauan pertumbuhan secara berkala. Cara ini dilakukan dengan mengukur bobot  dan tinggi anak, dilengkapi dengan mengukur lingkar kepala pada anak sampai  usia 3 tahun. Hasil pengukuran dibandingkan dengan data baku untuk anak sebaya.  Jika ditemukan tanda-tanda kurang sehat, seperti pucat atau rambut tipis dan  kemerahan, anak perlu diperiksa secara medis. Ada baiknya juga dilakukan  pemeriksaan psikologis, terutama bila ada kemunduran prestasi belajar.
Tempat Tinggal dan Cerita
Selain faktor gizi dan perawatan,  apa yang dilihat, didengar, dan dipelajari anak, sejak dalam kandungan sampai  usia lima tahun, sangat menentukan intelegensia dasar untuk masa dewasanya  kelak. Setelah usianya melewati lima tahun, secara potensial IQ-nya telah  tetap. Dengan begitu, masa itulah merupakan kesempatan emas bagi kita untuk  memacu tingkat kecerdasan anak.
Menurut Jean Piaget, psikolog  dari Swis, semakin banyak hal baru yang dilihat dan didengar, si anak akan  semakin ingin melihat dan mendengar segala sesuatu yang ada dan terjadi di  lingkungannya. Karenanya disarankan agar orang tua memperkaya lingkungan tempat  tinggal (kamar tidur atau kamar bermain) bayi dengan warna dan bunyi-bunyian  yang merangsang. Umpamanya, gambar-gambar binatang atau bunga, musik, kicauan  burung, dsb. Semuanya mesti tidak menimbulkan ketakutan dan kegaduhan pada  anak.
Para pakar juga yakin lingkungan  verbal bagi anak juga tak kalah pentingnya. Bahasa yang didengarkan anak bisa  meningkatkan atau menghambat kemampuan dasar berpikirnya. Penelitian hal ini  dilakukan psikolog Rusia. Ia membayar para ibu keluarga miskin untuk membacakan  cerita dengan suara keras untuk bayi mereka masing-masing selama 15 - 20 menit  setiap hari. Menjelang berusia 1,5 tahun, bayi menjalani pengukuran. Hasilnya,  bayi-bayi itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik ketimbang bayi-bayi  seusianya di daerah yang sama.
Penelitian lain dilakukan di  sebuah sekolah perawat di New York, AS, terhadap dua kelompok anak usia tiga  tahun. Masing-masing anak diperlakukan secara berbeda. Kelompok pertama diberi  pelajaran berbahasa selama 15 menit setiap hari. Kelompok kedua diberi  perhatian khusus juga selama 15 menit tanpa pelajaran bahasa. Setelah 4 bulan  ternyata kelompok pertama mendapatkan kenaikan intelegensia rata-rata sebesar  14 angka. Sedangkan kelompok kedua kenaikan rata-ratanya cuma 2 angka.
Nah, untuk mendapatkan anak cerdas ternyata  gampang. Cuma dengan memberi makanan sehat, perawatan baik, dan lingkungan  psikologis yang mendukung sejak dalam kandung hingga usia lima tahun, besar  kemungkinan harapan kita akan tercapai.

Selengkapnya >>>

Senin, 03 September 2012

Bingung pilih jurusan kuliah ?...PAUD aja !

Pendidikan Anak Usia Dini. Yaph ! Dari kepanjangannya saja sudah terbayang apa isinya. Pasti ada yang berfikir “apa sih yang di ajarin sama anak usia dini ? Paling cuma nyanyi-nyanyi sambil tepuk tangan”. Betul, tidak salah hanya kurang tepat dan kurang mendalam. Atau juga juga yang berfikir “pendidikan yang sangat penting, karena bila anak sudah diajarkan tentang konsep hidup positif sejak kecil, maka akan mempunyai tameng yang kuat bila besar nanti”. Pintar !! Pikiran cerdas, sudah sadar tentang betapa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Apa sih PAUD ????? Pendidikan Anak Usia Dini. Yaph ! Dari kepanjangannya saja sudah terbayang apa isinya. Pasti ada yang berfikir “apa sih yang di ajarin sama anak usia dini ? Paling cuma nyanyi-nyanyi sambil tepuk tangan”. Betul, tidak salah hanya kurang tepat dan kurang mendalam. Atau juga juga yang berfikir “pendidikan yang sangat penting, karena bila anak sudah diajarkan tentang konsep hidup positif sejak kecil, maka akan mempunyai tameng yang kuat bila besar nanti”. Pintar !! Pikiran cerdas, sudah sadar tentang betapa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Saya salah satu mahasiswi jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini di Universitas Muhammadiyah Tangerang dan sudah memasuki semester IV. Awalnya sangat tidak niat berada di jurusan ini, yang terlintas “akan jadi apa aku nanti ?? Guru TK atau Guru PAUD ? Yah, berapa sih gajinya kalau nantinya hanya mengajar di sekolah biasa dan bukan bertitle SEKOLAH INTERNASIONAL. Apa cukup untuk biaya sebulan ?”. Bismillahirahmanirahim. Dengan kata itu saya mencoba untuk meneruskan mempelajarinya. Dan Subbahanallah, sungguh tidak ada penyesalan mengambil jurusan ini. Banyak sekali hal-hal tentang anak usia 0-8 tahun (kalau dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun) yang belum kita ketahui. Dan yang lebih menarik lagi ternyata banyak masih terjadi di masyarakat penerapan pendidikan yang salah bagi anak usia dini. Sistem pengasuhan dan pendidikan tempo dulu ternyata banyak membuang kreativitas dan pengembangan diri anak. Saya pun termasuk ke dalam golongan “anak jadul”. Yang sedikit mengalami pendidikan yang salah dan terlalu banyak kata “JANGAN !!!” dalam diri saya yang seharusnya kata itu harus di hindarkan jauh-jauh dari anak golden age. Mengapa golden ???? Karena yang sekarang ngetrend sebutannya seperti itu, bahkan kalu disa diganti saya lebih senang membuatnya menjadi diamond age. Otak anak sampai usia 5 tahun akan berkembang 50% dari kemampuan keseluruhan, apa saja yang kita berikan baik positif maupun negatif akan langsung diserap oleh anak. Apalagi anak kecil adalah plagiat paling handal, mereka akan langsung mempraktekkan apa saja yang di lihat dan di dengarnya. Kalau begitu daripada memberi hal-hal yang negatif, lebih baik kita isi otak anak dengan berbagai hal positif yang membangun karakter jempolan kelak. Seluruh ilmu dari berbagai jurusan akan kamu dapatkan di PAUD. Ilmu pendidikan, sudah pasti. Cara mendidik anak, stimulasi atau rangsangan apa saja yang diberikan pada anak untuk melejitkan potensinya sesuai dengan tahapan perkembangan anak, itu intinya. Psikologi ??? Pasti dapat, karena kita juga harus mengetahui bagaimana psikologi anak dan berbagai penanganan kasusnya. Ilmu gizi ??? Dapat juga dong,, kita harus mengetahui bagaimana menu seimbang, agar gizi anak dapat terpenuhi secara cukup tidak kurang dan tidak lebih. Bahkan di semester ini saya dapat mata kuliah Jarimatika,,, sangat berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Apakah ada demikian banyak disiplin ilmu pada jurusan lainnya ??? Mungkin ada ya, karena saya tidak boleh sombong, hehehe :). Bukan hanya anak-anak biasa yang saya pelajari tapi juga anak berkebutuhan khusus yang lebih senang saya sebut dengan anak istimewa. Autisme, ADHD, downsindrom, tuna grahita, berkesulitan belajar, dll. Semua dikupas tuntas di PAUD. Dan yang yang lebih penting InsyaAllah pahala kita bertambah,, karena kita lah yang nantinya menjadi orang pertama yang menanamkan berbagai konsep dasar tentang hidup dan konsep seluruh pengetahuan. SEluruh sekolah lanjutan hanya melanjutkan estafet dari pondasi yang telah kita bangun. Sekali pun nantinya tidak menjadi guru, kita pasti akan menjadi orang tua bagi anak-anak kita. Dan ilmu-ilmu yang di ajrkan di PAUD akan sangat berguna, khususnya bagi seorang Ibu.

Selengkapnya >>>

Olimpiade Sains Nasional, Mengapa Perlu?

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menyampaikan alasan kementerian tetap menggelar dan memperkuat penyelenggaraan Olimpiade Sains Nasional (OSN). Apa alasannya? "Alasan penting kenapa selalu diadakan dan ditingkatkan dari tahun ke tahun adalah untuk menciptakan atmosfir, membangun budaya dan tradisi yang berbasis ilmu pengetahuan," kata Nuh saat membuka OSN XI di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin (3/9/2012). Melalui OSN, Nuh berharap, kecintaan pada ilmu pengetahuan dapat tertanam dalam jiwa seluruh siswa dan peserta. Menurutnya, kecintaan pada ilmu pengetahuan sangat penting karena menjadi modal utama dalam pembangunan sebuah bangsa. Bahkan, lanjutnya, amanah itu tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 45 yang secara eksplisit tercantum pada frase "mencerdaskan kehidupan bangsa". Nuh mengatakan, itu hanya bisa diraih jika ilmu pengetahuan melekat di setiap unsur kehidupan masyarakat Indonesia. "Yakinlah, jika ilmu pengetahuan tak dikuasai, jangan harap bangsa ini bisa cerdas. Inilah aspek strategis mengapa OSN kita pertahankan dan terus kita tingkatkan," tegasnya. Tahun ini, OSN sudah digelar untuk kesebelas kalinya. OSN XI tahun 2012 diikuti oleh sekitar 3.000 peserta yang berasal dari siswa jenjang SD, SMP, SMA, PKLK, dan guru. Dipusatkan di TMII, penyelenggaraan lomba juga digelar di daerah lain, seperti DI Yogyakarta, Bali, dan Pontianak. Bidang yang dilombakan juga sangat bervariasi, yakni mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Astronomi, Ilmu Kebumian, Komputer (IT), IPS Terpadu, Ekonomi, dan Manajemen. Khusus untuk jenjang SMK, diselenggarakan Lomba Debat Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Bahasa Jepang, dan Bahasa Mandarin yang akan diikuiti sekitar 165 kontestan siswa SMK terbaik dari seluruh Indonesia. Sementara itu, sekitar 264 siswa berkebutuhan khusus untuk jenjang pendidikan dasar dari 33 provinsi di Indonesia juga mengikuti OSN XI yang digelar di Sanur, Bali, 2-5 September 2012.

Selengkapnya >>>

Sabtu, 04 Agustus 2012

Berikut ini adalah artikel yang berfokus pada pola dan masalah belajar anak. Banyak sekali pertanyaan tentang hal ini yang muncul di website kami, berkaitan mengenai masalah belajar anak. Kita akan memahami dan belajar tentang faktor psikologis mengapa anak bermasalah dengan nilai di sekolah. Sebelum kita lebih jauh berinteraksi, pahami bahwa nilai atau angka(simbol) bukan satu-satunya penentu kesuksesan anak kelak di masa depan. Semua yang dialami saat dia sekolah akan banyak yang tidak digunakan kelak, jadi model pendidikan apa yang akan digunakan seorang anak hingga dia dewasa dan dapat diwariskan? Ya, didiklah karakternya dan tanamkan kesuksesan sejak awal di ladang karakternya. Kenapa seorang anak ketika belajar di rumah bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah juga bisa, bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga bisa, meskipun soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba nilainya jelek. Nah apakah anda pernah punya masalah seperti ini? Anda yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah seperti ini. Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak anda yang tadi malam belajar sudah bisa semua, tapi ketika ulangan ternyata ulangannya dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali mungkin anda bisa memakluminya, tapi jika ini terjadi berulang kali, anda pasti mulai jengkel pada anak anda. Bahkan bisa jadi anda frustasi dan kemudian malah mengeluarkan kata-kata negatif. Nah apakah yang terjadi dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa sewaktu mengerjakan soal di rumah dan kemudian gagal waktu dia ulangan. Untuk hal-hal yang sama dan itu berulang kali, maka ada tiga hal yang perlu anda waspadai: 1. Anda perlu curiga bahwa anak ini mengalami kecemasan yang tersembunyi Anda pasti bertanya nggak mungkin? dia cemas dari mana….kenapa koq dia cemas? Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh banyak faktor. Ya, jadi bisa jadi tuntutan yang terlalu tinggi dari kita orang tua atau mungkin bahkan dari gurunya. Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kwalitas optimalnya. Sehingga ketika ulangan,yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak bisa memenuhi tutuntan dari si orang tua. Atau tuntutan dari gurunya mungkin. Nah anda tahu, Ketika kita itu cemas maka kita tidak bisa berpikir secara jernih.Anda tentu pernah mengalaminya bukan? ketika anda sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas karena tuntutan kita yang terlalu tinggi,atau keharusan untuk menguasai sesuatu. Ketika mereka merasa tidak mampu,kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba “blank”, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah anda pada saat dulu anda kuliah? Mungkin masih SMA bahkan? Ketika kita ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah belajar, hal tersebut. Nah ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi anda harus mengumpulkan,dan waktunya habis. Oke, makin kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa. Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita. “ahh..” kenapa tidak dari tadi munculnya, anda pasti menggerutu pada diri anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan? Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan – tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya. Ya,kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tapi begitu nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka. “Kenapa sih nilai kamu koq jelek?” Jarang sekali ada orang tua yang mengatakan, “oh iya saya bisa memahami kamu na, Apa yang mama/papa bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi”. Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin nilainya jelek tentunya. Tapi kenyataan yang dihadapi lain. Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti. Di lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa, “aduh kalau saya jelek lagi saya pasti dimarahi lagi”, “saya pasti mengecewakan mama saya”. Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan pada mamanya saya takut ma, “kenapa takut?” Tanya mamanya. “saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek”. Dan ini dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD. Nah,dari kejadian tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “mama nga masalah dengan nilai mu”. Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai orang tua hanya mengatakan, “nggak.. nilai berapapun saya nggak masalah koq”. Tapi ternyata itu hanya di mulut saja. kenyataannya si anak merasakan hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orang tua yang terlalu tinggi. Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat sebenernya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah bisa atau belum.Berbahagialah ketika nilai anak anda jelek. Karena apa? sekarang anda tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau bodoh. 2. Sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang pernah di terima seorang anak bisa di rumah, bisa di sekolah. Misalnya, ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita marah-marahin dia, bahkan mungkin di hukum. Suruh berdiri di pojok, nggak boleh makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu. Nah ketika dia menerima perlakuan itu,maka perlakuan itu akan membekas di memorinya. Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan maka yang dia liat di lembar soalnya bukan soal yang harus dibaca, tetapi wajah orang tuanya yang sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam pikirannya. Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orang tua yang sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang memalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang dan akhirnya ulangannya jelek. Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya anda perlu segera minta maaf pada anak anda. Anda cukup mengatakan, “tempo hari waktu ulangan kamu jelek,dan kemudian papa atau mama marah sama kamu saat itu perasaan kamu bagaimana?” apapun yang di jawab oleh anak anda terima apa adanya. Misalkan dia menjawab, Saya takutlah, saya merasa ini itu apapun itu anda tinggal ngomong “Oke Maaf, papa mungkin saat itu keceplosan ngomong. Atau mungkin saat itu mama lepas control sehingga memarahi kamu terlalu dalam. Tapi sebenernya maksud mama sangat baik. Kamu mau nggak maafin mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya sama-sama dan kamu boleh tanya sama mama bagaimana supaya jadi nilainya baik. Kamu pasti kepengen nilai kamu juga baik juga kan?” Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak. Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih saying dan untuk di terima apa adanya. 3. Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkualitas. Mungkin anda bertanya, “ah mana mungkin saya tidak memperhatikan anak saya”. Betul,saya percaya dan yakin bahwa setiap orang tua pasti memperhatikan anaknya.Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan perhatian di sini adalah perhatian yang berkuwalitas. Dalam arti kita memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan Cuma memperhatikan tugas-tugas yang dia harus slesaikan. Kebanyakan dari kita hanya memperhatikan tugas –tugas yang harus di selesaikan oleh seorang anak. Kita hanya memperhatikan kamu sudah ngerjakan PR belum? kamu sudah belajar belum? pensil kamu sudah diraut belum? Besok kalau ulangan kamu sudah siapkan pensil atau bolpointnya? Buku kamu sudah kamu siapin belum? kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan aspek-aspek perasaan dari si anak. Padahal yang jauh lebih dibutuhkanseorang anak adalah perhatian akan perasaan-perasaannya sehingga dia bener-bener di terima secara utuh oleh orang tuanya. Anda bisa memberikan perhatian berkuwalitas ini dengan lebih baik, dengan cara membaca artikel saya yang berjudul “Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak”. Itu adalah salah satu cara terbaik untuk memberikan perhatian berkualitas pada anak Anda. Sumber: http://www.pendidikankarakter.com

Selengkapnya >>>

Minggu, 22 Juli 2012

Pentingnya Pendidikan Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak

Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Kebanyakan anak-anak Indonesia dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan anak usia dini, padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan.

Sudah bukan informasi baru, mengenai 3 tahun pertama anak adalah usia emas baginya untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Berdasar pengetahuan ini pun makin banyak didengungkan mengenai pentingnya pendidikan anak usia dini. Perlu orang tua ketahui bahwa anak memiliki kemampuan yang perlu diasah sejak dini, karena dengan mereka memiliki berbagai kemampuan tersebut tentunya sudah dapat dibentuk sedari dini.

“[Sayangnya] banyak orangtua yang menganggap pendidikan anak usia dini tidak begitu penting, dengan alasan tidak ingin anaknya mengalami stres atau kehilangan masa bermain. Padahal, 70 persen pembentukan karakter manusia itu dimulai dari usia nol hingga 3 tahun. Sejak dini, anak-anak berhak mendapat saran pendidikan yang nyaman, penuh kasih sayang, dan dalam lingkungan mendukung,” kata Novita Tandry, Director Tumble Tots Indonesia di acara peresmian SGM Prestasi Center, Jakarta, (1/5).

Saat ini sudah ada kesadaran kearah sana, namun dengan luas dan jumlah penduduk Indonesia yang besar dan lembaga pendidikan anak usia dini masih bersifat seadanya dan banyak yang belum memenui keriteria pendidikan anak usia dini, apalagi pos PAUD yang merupakan perkembangan dari posyandu terintegrasi, dimana awalnya lembaga ini diarahkan untuk mengadakan timbangan badan dan memberikan makanan sehat, yang ahirnya difungsikan untuk memberi stimulasi pendidikan.

Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan,, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spititual.

Disampaikan pula oleh Novita, ada 2 hal yang penting untuk membantu perkembangan anak optimal, yakni nutrisi serta stimulasi.

“Nutrisi harus presisi sesuai tumbuh kembang anak. Begitu pula dengan stimulasinya. Dengan dukungan menyeluruh, penggabungan nutrisi dan stimulasi yang presisi sesuai usia perkembangan, bisa menciptakan anak-anak yang berprestasi,”


Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini di sesuaikan dengan tahap tahap perkembangan yang di lalui oleh anak usia dini.

Umumnya, pada usia 4 tahun ini si kecil baru mulai masuk TK (Taman Kanak-kanak). Baik TK yang biasa atau TK Al Quran yang dikenal dengan TKA (Taman Kanak-kanak Al Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Al Quran). Itu artinya, sebagian tanggung jawab pendidikan anak terlimpahkan pada para guru TK tersebut. Namun demikian, adalah salah besar apabila orang tua menyerahkan pendidikan anak 100% pada lembaga pendidikan. Kegagalan pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam rumah; yakni pendidikan orang tua.Dalam konteks pendidikan orang tua, ibulah yang paling memegang peranan penting. Oleh karena itu, sukses tidaknya masa depan anak dan baik buruknya kepribadiannya, akan sangat tergantung seberapa peran ibu dalam proses pendidikannya. Terutama dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0 – 6 tahun dan 6 – 16 (usia SD SMP). Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya, terutama dalam proses pembangunan kepribadian (character building).

Masalah

Bagaimanakah pendidkan anak usia dini dalam konteks pendidikan nasional ?

Pembahasan

Periode emas bagi perkembangan anak adalah dimaksudkan untuk memperoleh proses pendidikan, dan periode ini adalah tahun-tahun yang sangat berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannnya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian , psikomotor, kognitif maupun sosialnya.

Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.

Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.

Untuk itu pendidikan anak usia dini seharusnya memberikan rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat adalah sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak. Pemerintah dalam hal jangan sekai-kali melakukan pendekatan yang sangat diskriminatif terutama dalam pengambilan kebijakan terhadap PAUD (baik paud forma,non formal mupun paud informal) terutama pada pos paud,karena UU No 20 tahun 2003 tidak mengenal istilah pos paud (secara tersurat),sekali lagi pemerintah tidak boleh berlaku deskriminatif.

Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) sjak tahun 1980, namun implementasinya belum memasyarakat. Hasil penelitian Herawati ( 2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265 keluarga yang diteliti hanya 15% yang mengetahui program BKB, factor lain adalah rendahnya partisipasi orang tua dalam program BKB.

Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.

Pada lembaga pendidikan anak usia dini, kini sudah mengajarkan anak tentang dasar-dasar dalam cara belajar. Di usianya yang masih sangat dini tersebut, anak akan diperkenalkan terlebih dahulu pada sebuah fondasi. Mereka akan mengetahui semuanya sedikit demi sedikit melalui apa yang mereka lihat dan pelajari. Dengan mereka bermain akan diajarkan bagaimana cara yang tepat dalam bersosialisasi, mengatur waktu dan yang terpenting bisa menguasai 1-3 bahasa.

Pendidikan anak usia dini yang orang tua berikan bagi anak merupakan suatu persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa untuk perkembangannya di masa yang akan datang. Saat ini telah banyak berbagai sekolah taman kanak-kanak memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas demi mengembangkan kemampuan dan bakat dalam diri anak tersebut. Oleh karena itu, diperlukan usaha dan orangtua dalam mengajar dan mendidik anak terutama dalam membaca. Mengajar anak membaca tidak harus melihat berapa usia yang tepat untuk mengajarkannya. Yang terpenting disini adalah Anda berusaha memberikan yang terbaik dalam pendidikannya kelak.

Sumber: http://edukasi.kompasiana.com

Selengkapnya >>>