Tampilkan postingan dengan label Smart Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Smart Parenting. Tampilkan semua postingan

Rabu, 05 Desember 2012

Nusariadi, S.P//PKBM AZ-ZAHRA (paud Bakti Bunda)
Kesehatan anak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap orang tua, setiap orangtua harus memperhatikan benar-benar dengan keadaan yang terjadi terhadap anak setiap saat, karena apabila lengah dan lalai sedikit saja maka bisa berpengaruh secara fatal pada anak.
Guru memang menjadi salah satu pihak yang bertangggung jawab dalam menjaga kesehatan anak, tapi yang paling bertanggung jawab adalah orang tua, karena anak belajar dari keteladanan dan kebiasaaan, gaya hidup orang tua yang tentunya sangat mempengaruhi. Tanpa sadar banyak hal yang dapat dipengaruhi oleh orang tua terhadap kesehatan anak seperti merokok sangat membahayakan kesehatan anak. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat 22 persen anak yang orang tuannya merokok mengidap penyakit asma dan pernafasan (Murray dkk, 2004 dalam Santrock, 2007). Selain itu, asap rokok juga menyebabkan anak kekurangan vitamin C (Staruss, 2001 dalam Santrock, 2007).

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Kelompok Bermain BAKTI BUNDA TANJUNGPINANG juga tidak ketinggalan dan terus melakukan  upaya-upaya untuk melakukan Deteksi Daya Tumbuh Kembang Anak (DDTK) yang bekerjasama dengan PUSKESMAS terdekat. Hal demikian adalah untuk melakukan upaya Deteksi Dini terhadap pertumbuhan pada anak-anak Didik PAUD/Kelompok Bermain Bakti Bunda Tanjungpinang dan juga mengarahkan kepada orang tua terhadap perkembangan anak baik secara fisik maupun psikologi anak.
Terdeteksinya pertumbuhan dan perkembangan serta gejala-gelaja yang terjadi pada anak sedari dini merupkan hal yang jauh lebih penting dilakukan dari pada melakukan pengobatan ataupun hal-hal lainya setelah segala sesuatu terjadi pada putra-putri kita semua.
Editor : Nusariadi, S.P

Selengkapnya >>>

Minggu, 25 November 2012

Keluarga, Kunci Sukses Tumbuh Kembang Anak

JAKARTA, KOMPAS.com - Sadarkah bahwa peran orangtua dan dukungan keluarga merupakan hal penting yang mempengaruhi tumbuh kembang dan suksesnya pendidikan seorang anak? Untuk itu, orangtua dan keluarga sebaiknya tidak tinggal diam dengan anak-anak dan proses pendidikan yang dijalaninya.

Wakil Kepala Sekolah Sekolah Kembang Lestia Primayanti mengatakan, pendidikan tidak akan berjalan baik tanpa adanya dukungan dari keluarga. Untuk itu, program Math and Science Fair yang digelar selalu melibatkan orangtua dan keluarga.

"Dengan ini, kami berusaha melibatkan keluarga sebagai bagian dari lingkungan belajar anak. Karena dari sekolah saja kan tidak cukup," kata Tia saat dijumpai di Sekolah Kembang, Kemang, Jakarta, Sabtu (24/11/2012).

Dari persiapan eksperimen hingga saat pameran, orangtua dan keluarga terus terlibat dan bekerja sama bersama para murid. Hal ini tampak saat pameran berlangsung. orangtua atau kakak dari siswa juga ikut mendampingi dan menjawab pertanyaan seputar percobaan yang dilakukan.

"Itu kenapa kami pilih saat akhir pekan, karena keluarga juga dapat menghabiskan waktu bersama," ungkap Tia.

Komarawati, nenek dari Zavi, siswa kelas tiga Sekolah Kembang menyambut baik acara tersebut. Menurutnya, kegiatan seperti ini cukup baik karena anak-anak tak segan berkonsultasi dan keluarga juga tak berusaha menggurui agar kerja sama yang terjalin tetap baik.

"Yang ada jadi saling bantu membantu. Mereka punya ide. orangtua menyediakan fasilitas dan membantu lancarnya proyek anak-anak ini," ungkap Komarawati.

Ia juga mengapresiasi ide untuk melibatkan orangtua dan keluarga dalam menyelesaikan sebuah tugas sekolah siswa. Sebab, anak-anak ini sudah akrab dengan internet dan berbagai fasilitas yang ada untuk mencari tahu informasi agar tugas sekolahnya rampung.

"Anak-anak ini akrab sekali dengan teknologi. Kadang pinteran anaknya daripada orangtuanya. Dengan kegiatan seperti ini, orangtua jadi ikut mengawasi kegiatan anak selama berinternet. Karena jika dibiarkan bisa salah langkah juga," tandasnya.
 
Editor :
Ana Shofiana Syatiri

Selengkapnya >>>

Senin, 01 Oktober 2012

Cara Mendidik Anak ala Rasulullah SAW

 Oleh : Prof.DR. M Quraish Shihab

Pakar-pakar pendidikan di Indonesia menilai bahwa salah satu sebab utama kegagalan pendidikan kita karena para pendidiknya yang gagal. Padahal, salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik. Nah, Rasulullah adalah suri tauladan yang terbaik, karenanya mari kita berkaca dari sepercik cara mendidik anak ala beliau.

Kita dalam hal ini berada dalam lingkaran setan, anak didik tidak berkualitas ternyata karena gurunya yang kurang bermutu, akhirnya pendidikannya gagal. Memang salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik, yang sebelumnya perlu dididik pula. Sebenarnya kalau melihat ke sejarah Nabi, problema ini baru terselesaikan karena Allah Swt. turun tangan.

Anak didik dibentuk oleh empat faktor. Pertama, ayah yang berperan utama dalam membentuk kepribadian anak. Bahkan, dalam Al-Quran hampir semua ayat yang berbicara tentang pendidikan anak, yang berperan adalah ayah. Kedua, yang membentuk kepribadiannya juga adalah ibu; ketiga, apa yang dibacanya (ilmu); dan keempat, lingkungan. Kalau ini baik, anak bisa baik, juga sebaliknya. Begitu pula baik-buruk kadar pendidikan kita.

Selengkapnya >>>

Kamis, 27 September 2012

Mengenali Anak Anda (Umur 2-3 Tahun)

Sejak akhir-akhir saya kurang menumpukan perhatian terhadap pembelajaran anak sulung saya di rumah. Mungkin disebabkan kepenatan, kesibukan suami dan kekangan masa yang saya hadapi seminggu dua ini. InsyaAllah saya akan cuba memperbaiki cara saya terutamanya dalam segi menguruskan masa bersama anak-anak. Ingin saya berkongsi cara-cara mendidik anak-anak yang berumur 2 hingga 3 tahun di rumah. Artikel ini saya ambil dari www.bicaramuslim.com. Semoga ia berguna untuk saya dan ibubapa diluar sana.

A. PERKEMBANGAN FIZIKAL
1. Sangat aktif, suka berlari dan melompat. Sekiranya berkemungkinan, ibubapa perlu menyusun atur rumah agar ada ruang yang membolehkan anak- anak bergerak tanpa rasa bimbang berlaku kemalangan dan kecederaan. Membawa anak ke taman permainan adalah satu langkah yang bijak. Di situ anak-anak dapat melakukan berbagai-bagai aktiviti fisikal di bawah pengawasan ibubapa.
2. Anak-anak di tahap ini belum dapat mengawal pergerakan otot-otot, sehingga mereka tidak dapat duduk diam dalam jangkamasa yang terlalu lama. Jadi, sia-sia saja kita meminta mereka duduk diam. Yang lebih baik ialah membiarkan mereka meneroka persekitaran sambil kita mengawasi mereka.

B. PERKEMBANGAN MENTAL
1. Daya konsentrasi sangat pendek dan mudah merasa jemu..
2. Rasa ingin tahu anak-anak di tahap ini sangat tinggi. Ibubapa perlu mengambil kira jenis alat permainan yang hendak dibeli. Permainan yang sesuai ialah permainan yang merangsang kreativiti anak-anak selain harus menarik dan tidak mudah rosak, Ajar anak menggunakan pancaindera (mendengar, melihat, menyentuh, mencium dan merasa). Libatkan sebanyak mungkin pancaindera anak dalam aktiviti seharian mereka misalnya: mendengar bunyi binatang, membawa mereka ke taman untuk melihat berbagai jenis haiwan dan sebagainya.
3. Perbendaharaan kata mereka masih terbatas di tahap ini. Gunakanlah kata-kata yang sederhana dan konkrit, baik ketika bercerita ataupun ketika bercakap dengan anak-anak. Jangan menggunakan perkataan yang abstrak misalnya: tanggungjawab, keselamatan, kebenaran, keadilan dll. Adalah lebih baik menggunakan perkataan yang disertai dengan contoh-contoh kehidupan seharian.
4. Pemikiran anak-anak di tahap ini sebenarnya lebih cepat berkembang berbanding dengan kemampuan untuk bertutur. Sebab itulah anak-anak sering didapati tergagap-gagap ketika bercakap. Ibubapa harus peka terhadap situasi ini dengan menunjukkan perhatian dan kesabaran. Bersedia untuk menjadi pendengar tanpa tergesa-gesa ataupun memaksa anak bercakap dengan lebih cepat.

C. PERKEMBANGAN EMOSI
Menyukai suasana yang sudah dikenali dan takut pada suasana baru atau orang asing. Sekiranya anak sentiasa dibawa bergaul dengan orang sekeliling, perasaan takut lama kelamaan akan hilang.

D. PERKEMBANGAN SOSIAL
1. Sifat dependent masih tinggi, namun kadang-kadang anak juga ingin menonjolkan sifat kemandirian. Biarkan anak melakukan sesuatu yang mampu ia lakukan sendiri.
2. Egocentric. Anak-anak di tahap ini cenderung memperlakukan kanak-kanak lain yang sebaya dengannya sebagai suatu benda dan bukan sebagai individu. Ia belum boleh bermain "dengan" kanak-kanak lain dalam arti kata yang sebenarnya. Oleh itu, ketika bermain dengan kanak-kanak lain, perlu ada pengawasan dari orang dewasa supaya tidak terjadi keadaan di mana anak kita akan menyakiti anak-anak lain.
3. Suka mengatakan "tidak" dan memang dalam usia ini anak bersikap "menentang". Selain itu anak juga seringkali "menguji" persekitaran dan orang-orang di sekelilingnya. Anak-anak perlu mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. Tingkah laku mereka itu pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengetahui apa yang boleh atau tidak boleh dilakukannya. Oleh karena itu ibubapa harus tegas, jika perlu, berikan hukuman yang sesuai dengan tahap umur mereka bagi kesalahan yang dilakukan supaya mereka tahu bahwa yang dilakukannya adalah salah.

E. PERKEMBANGAN ROHANI (SPIRITUAL)
1. Meniru tingkah laku orang dewasa, Sikap dan tingkah laku ibubapa harus membuat mereka memahami tentang ajaran Islam. Bermakna setiap perbuatan kita harus dikaitkan dengan ajaran Islam, seperti solat, berdo’a sebelum makan, membaca bismillah sebelum membuat sesuatu dll.
2. Anak juga berkembang dari segi rohani. Oleh itu, ibubapa perlu menolong mereka untuk menyedari tentang kewujudan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Dengan demikian mereka akan belajar bahwa sekalipun Allah tidak dapat dilihat tapi Allah ada. Bermakna dalam setiap aktiviti kita seharian, ibubapa perlu mengaitkannya dengan kewujudan Allah.

AKTIVITI YANG SESUAI UNTUK ANAK-ANAK DI TAHAP INI
Secara fizikal, anak-anak yang berumur antara 2-3 tahun adalah anak yang suka bergerak, berlari, melompat, memanjat dan tidak boleh duduk diam untuk jangkamasa yang lama. Namun mereka cepat letih karena otot-otot belum berkembang dengan sempurna. Mereka belum dapat melakukan pekerjaan yang rumit. Ibubapa perlu menyediakan aktiviti dan permainan sederhana yang dapat anak-anak lakukan. Beberapa aktiviti yang sesuai untuk anak-anak di tahap ini ialah:
1. PERMAINAN BLOK
Gunakanlah blok-blok kayu/plastik, dan ajaklah anak-anak untuk menyusun blok-blok tersebut menurut imajinasi mereka sendiri. Biarkan mereka membuat bentuk menurut keinginan mereka, Permainan ini selain dapat merangsang perkembangan otot-ototnya, juga dapat membantu meningkatkan daya imajinasi mereka.

2. PUZZLE
Puzzle adalah permainan yang menyusun suatu gambar atau benda yang telah dipecah dalam beberapa bahagian. Jangan menggunakan puzzle yang terlalu rumit, tapi gunalah yang sederhana yang terdiri dari 5-10 keping, sehingga anak-anak dapat menyusun
dengan mudah.

3. MELUKIS
Sediakan kertas dan crayon dan biarkan anak-anak membuat gambar dan contengan menurut imajinasi mereka, walaupun pada tahap umur ini biasanya anak-anak masih belum melukis dengan sempurna.

4. MENAMPAL
Gunakan gambar-gambar sederhana yang telah dikenali oleh anak, misalnya meminta anak menampal "mata ikan" pada tempat yang sesuai. Boleh juga diberikan beberapa keping gambar dan minta anak menampalkan mengikut keinginan mereka sendiri, misalnya gambar
seorang gembala, seekor anjing, dan 3 ekor anak lembu serta sekeping kertas hijau berbentuk padang rumput yang luas. Aktiviti ini boleh juga disertai dengan aktiviti mengira. Selesai menampal gambar ajaklah anak mengira jumlah anak lembu, anjing dsbnya.
5. MEWARNA
Sediakan kertas dengan gambar di atasnya, pensil warna, atau crayon. Mintalah anak-anak mewarnakan gambar tersebut. Walaupun mereka belum dapat mewarna dengan sempurna, tapi aktiviti ini dapat melatih kepekaan mereka terhadap warna.

Itulah di antara beberapa aktiviti yang dapat dilakukan oleh anak-anak yang berumur 2-3 tahun. Semoga idea ini dapat membantu ibubapa sedikit sebanyak dalam melayani dan merangsang perkembangan anak-anak. 

Selengkapnya >>>

Selasa, 25 September 2012

MENDIDIK ANAK TAAT SYARIAH

Oleh: Ummu Azkiya
Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah.  Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup.  Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko.  Lalu, bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk menjadikan anak-anaknya taat pada syariah?
Asah Akal Anak untuk Berpikir yang Benar
Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak.  Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak ‘sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
“Anak-anak sekarang beda dengan anak-anak dulu.  Anak dulu kan takut dan segan sama orangtua dan guru.  Sekarang, anak berani membantah dan susah diatur.  Ada saja alasan mereka!”
Begitu rata-rata komentar para orangtua terhadap anaknya.  Yang paling sederhana, misalnya, menyuruh anak shalat.  Sudah jamak para ibu ngomel-ngomel, bahkan sambil membentak, atau mengancam sang anak agar mematikan TV dan segera shalat.  Di satu sisi banyak juga ibu-ibu yang enggan mematikan telenovela/sinetron kesayangannya dan menunda shalat. Fenomena ini jelas membingungkan anak.
Pandai dan beraninya anak-anak sekarang dalam berargumen untuk menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru, mungkin dianggap sebagai sikap bandel atau susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia menjawab atau bertanya; tidak melulu mereka menurut dan diam (karena takut) seperti anak-anak zaman dulu.
Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memperhatikan dua hal yaitu: Pertama, memberikan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran Islam.  Informasi yang diberikan meliputi semua hal yang menyangkut rukun iman, rukun Islam dan hukum-hukum syariah.  Tentu cara memberikannya bertahap dan sesuai dengan kemampuan nalar anak.  Yang penting adalah merangsang anak untuk mempergunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk sabar dan penuh kasih sayang. Sebab, tidak sekali diajarkan, anak langsung mengerti dan menurut seperti keinginan kita. Dalam hal shalat, misalnya, tidak bisa anak didoktrin dengan ancaman, “Pokoknya kalau kamu nggak shalat dosa. Mama nggak akan belikan hadiah kalau kamu malas shalat!”
Ajak dulu anak mengetahui informasi yang bisa merangsang anak untuk menalar mengapa dia harus shalat.  Lalu, terus-menerus anak diajak shalat berjamaah di rumah, juga di masjid, agar anak mengetahui bahwa banyak orang Muslim yang lainnya juga melakukan shalat.
Kedua, jadilah Anda teladan pertama bagi anak. Ini untuk menjaga kepercayaan anak agar tidak ganti mengomeli Anda—karena Anda hanya pintar mengomel tetapi tidak pintar memberikan contoh.
Terbiasa memahami persoalan dengan berpatokan pada informasi yang benar adalah cara untuk mengasah ketajaman mereka menggunakan akalnya. Kelak, ketika anak sudah sempurna akalnya, kita berharap, mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan menjadi anak yang gampang terpengaruh oleh tren pergaulan atau takut dikatakan menjadi anak yang tidak ‘gaul’.
Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini
Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua.  Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).
Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul siapa Allah.  Sejak si bayi dalam kandungan, seorang ibu bisa memulainya dengan sering bersenandung mengagungkan asma Allah.  Begitu sudah lahir, orangtua mempunyai kesempatan untuk membiasakan si bayi mendengarkan ayat-ayat al-Quran.  Pada usia dini anak harus diajak untuk belajar menalar bahwa dirinya, orangtuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya mengapa manusia harus beribadah dan taat kepada Allah.
Lebih jauh, anak dikenalkan dengan  asma dan sifat-sifat Allah. Dengan begitu, anak mengetahui betapa Allah Mahabesar, Mahaperkasa, Mahakaya, Mahakasih, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan seterusnya.  Jika anak bisa memahaminya dengan baik, insya Allah, akan tumbuh sebuah kesadaran pada anak untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung hanya kepada Allah.  Lebih dari itu, kita berharap, dengan itu akan tumbuh benih kecintaan anak kepada Allah; cinta yang akan mendorongnya gemar melakukan amal yang dicintai Allah.
Penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan hukum-hukum syariah secara bertahap.  Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan memotivasi anak untuk senang melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah, misalnya, dengan mengajak shalat, berdoa, atau membaca al-Quran bersama.
Yang tidak kalah penting adalah menanamkan akhlâq al-karîmah seperti berbakti kepada orangtua, santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya.  Jangan sampai luput untuk mengajarkan itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pamrih duniawi.
Kerjasama Ayah dan Ibu
Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan hukum jika dia melihat contoh real pada orangtuanya.  Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan.  Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih.  Insya Allah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.
Keberhasilan mengajari anak dalam sebuah keluarga memerlukan kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu masing-masing mempunyai target dan cara yang berbeda dalam mendidik anak, tentu anak akan bingung, bahkan mungkin akan memanfaatkan orangtua menjadi kambing hitam dalam kesalahan yang dilakukannya. Ambil contoh, anak yang mencari-cari alasan agar tidak shalat.  Ayahnya memaksanya agar shalat, sementara ibunya malah membelanya. Dalam kondisi demikian, jangan salahkan anak jika dia mengatakan, “Kata ibu boleh nggak shalat kalau lagi sakit. Sekarang aku kan lagi batuk, nih…”
Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup untuk mengantarkan si anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam.  Anak juga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas.
Di sisi inilah, lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran Islam, seperti yang dianut juga oleh sebuah keluarga Muslim, akan mampu mengantarkan si anak menjadi seorang Muslim sejati.
Potret masyarakat sekarang yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan pemikiran materialisme, sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalisme merupakan tantangan besar bagi keluarga Muslim.  Hal ini yang menjadikan si anak hidup dalam sebuah lingkungan yang membuatnya berada dalam posisi dilematis.  Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang bertentangan dengan Islam.
Tarik-menarik pengaruh lingkungan dan keluarga akan mempengaruhi sosok pribadi anak.  Untuk mengatasi persoalan ini, maka dakwah untuk mengubah sistem masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam mutlak harus di lakukan. Hanya dengan itu akan muncul generasi Islam yang taat syariah. Insya Allah. []

Selengkapnya >>>

Sabtu, 15 September 2012

Meningkatkan Kecerdasan Anak Melalui Membaca

Budaya membaca di negara kita ini masih sangat rendah. Bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita masih kalah jauh. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah pemahaman yang kurang tentang pentingnya membaca. Pemahaman tentang pentingnya membiasakan anak membaca sejak dini perlu diketahui oleh para orang tua.

Mengapa membaca itu penting? Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi dari otak manusia dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Paul C. Burns, Betty D. Roe & Elinor P. Ross ( dalam Teaching Reading in Today’s Elementary School ) mengatakan bahwa membaca merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya proses membaca itu yang penting tetapi setiap aspek yang ada selama proses membaca juga bekerja dengan sangat kompleks. Ada delapan aspek yang bekerja saat kita membaca, yaitu aspek sensori, persepsi, sekuensial (tata urutan kerja), pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, dan afeksi. Kedelapan aspek ini bekerja secara bersamaan saat kita membaca. Sesungguhnya otak anak mempunyai kapasitas yang sangat luas. Otak kita memiliki sekitar seratus miliar sel otak. Angka yang sangat fantastis! Ini sama dengan dua puluh kali lipat seluruh penduduk dunia. Kemampuan otak yang sangat tinggi ini menjadi tidak berfungsi kalau kita tidak mengembangkannya. Kita mengembangkan otak kalau kita menggunakannya. Sel-sel otak akan saling berhubungan satu sama lain (membentuk koneksi) kalau otak kita gunakan untuk berpikir. Ketika anak membaca berarti anak sedang menggunakan otaknya untuk berpikir yang membuat sel-sel di otak saling terkoneksi. Semakin sering anak membaca buku maka semakin banyak sel otak yang terkoneksi. Sel-sel otak yang terkoneksi inilah yang membuat anak menjadi cerdas.

Mengapa kita harus menumbuhkan minat baca sejak dini? Anak-anak memiliki kemampuan belajar yang sangat tinggi. Mereka mudah sekali mempelajari sesuatu yang baru. Ketika anak-anak kita masih berusia balita (bawah tiga tahun), mereka dengan mudahnya meniru perilaku-perilaku yang mereka lihat di lingkungan tempat mereka tinggal. Hal ini terjadi karena perkembangan otak paling pesat terjadi pada rentang usia 0-6 tahun. Ketika seorang anak telahir di dunia ini, pertumbuhan otaknya sudah 25%, ketika mereka berusia 18 bulan sudah mencapai 50% dan di saat mereka berusia 6 tahun pertumbuhan otak anak mencapai 90% dan mencapai ukuran maksimal ketika berusia 18 tahun (100%). Pertumbuhan otak ini seiring juga dengan perkembangan intelektual anak. 50% kemampuan intelektual anak berkembang saat lahir sampai umur 4 tahun, menurun menjadi 30% dalam rentang usia 4 sampai 8 tahun, dan ketika mereka berusia 8 sampai 18 tahun semakin menurun menjadi 20%. Betapa sayangnya jika usia-usia emas (golden age) seorang anak berlalu begitu saja tanpa mendapatkan sesuatu yang berarti. Padahal membentuk kebiasaan di usia ini jauh lebih mudah dibanding usia sesudahnya.

Banyak manfaat yang diperoleh anak jika mereka senang membaca buku sejak usia mereka masih sangat muda. Manfaat yang bisa diperoleh bagi seorang anak yang senang membaca antara lain :

1. Membaca Melatih Konsentrasi Anak

Membaca akan meningkatkan kinerja otak secara optimal. Ia mengembangkan selective attention (perhatian selektif), sehingga otak hanya memproses informasi yang secara sengaja dicerna. Ini merupakan unsur terpenting konsentrasi. Seseorang hanya mampu menikmati bacaan dan menyerap informasi dengan baik hanya apabila otak dalam keadaan efektif mengelola informasi atau secara umum disebut berkonsentrasi. Jika anak bisa menikmati bacaan dengan penuh semangat, ini menandakan kemampuan berkonsentrasi anak berkembang dengan baik.

2. Membaca Membuka Cakrawala Pengetahuan Menjadi Luas

Membaca tentu saja merupakan gerbang utama pengetahuan. Dengan membaca, pengetahuan anak akan lebih kaya. Pada gilirannya, bertambahnya pengetahuan anak apabila mendapat respon positif dari lingkungan, khususnya orangtua, akan meningkatkan minat belajar. Anak menemukan keasyikan dengan membaca sebagai salah satu proses belajar, sementara pengetahuan yang diserap melalui membaca meningkatkan rasa ingin tahu dan dorongan untuk menemukan yang lebih besar, sehingga memacu anak belajar lebih keras dalam bentuk eksperimen, mengamati maupun bentuk-bentuk belajar lainnya. Pengetahuan yang dimiliki anak juga sangat bermanfaat meningkatkan respon anak terhadap pengetahuan baru yang berhubungan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Selain itu, penguasaan anak yang sangat baik terhadap berbagai disiplin pengetahuan juga memberi manfaat meningkatkan dorongan belajar terhadap cabang pengetahuan yang sama sekali berbeda, karena kekayaan pengetahuan itu sendiri memberi perasaan berharga pada diri anak.

3. Membaca Mengasah Kecakapan Berbahasa Anak

Selain erat kaitannya dengan kemampuan berkomunikasi, kecakapan berbahasa sangat mempengaruhi keterampilan berpikir logis dan sekuensial. Bahan bacaan yang diserap anak, tentu saja sangat menentukan apakah anak akan terlatih berpikir logis atau tidak. Karena itu, orangtua perlu memperhatikan buku yang menjadi sumber bacaan anak.

Membaca merupakan pondasi awal untuk meningkatkan kecerdasan anak. Bukan hanya tugas seorang guru yang berkewajiban mengajarkan membaca kepada anak. Peran orang tualah justru yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca sang anak. Selain guru di sekolah tugas orang tualah di rumah untuk mengajarkan membaca kepada sang anak. Jadi jika kita menginginkan seorang anak yang cerdas, jangan tunda-tunda lagi untuk mengajarkan membaca kepada anak sedini mungkin. Ayo budayakan budaya membaca sedini mungkin!!

Disadur dari www.gurubangkit.wordpress.com

Selengkapnya >>>